Bedah Buku Kritik Sastra di Perpustakaan Ciamis, Meriah dan Penuh Canda
- Istimewa
Evi Sri Rezeki menyoroti desain halaman-halaman buku yang baginya sangat menarik. Posisi catatan kaki diletakkan di tepi teks utama, bukan di bawah seperti biasanya.
Ruang-ruang kosong di bagian catatan kaki juga bisa menjadi tempat bagi pembaca yang ingin menulis catatan-catatan saat melakukan pembacaan.
“Itu gaya Derridean,” sambut Fahmy Farid Maulana menanggapi komentar terkait desain halaman buku yang unik tersebut.
Akan tetapi sambil bercanda Cep Subhan KM menimpali bahwa desain semacam itu lebih merupakan pertanda kembali ke khittah sebagai kritikus yang lahir dari dunia pesantren.
“Desain semacam ini mirip dengan desain kitab-kitab kuning edisi lawas. Teks utama terletak di bagian tengah di dalam kotak, sementara di tepi kotak biasanya terdapat ruang untuk teks kitab lain yang lebih ringkas dan menyisakan banyak ruang kosong.”
Kritikus Sastra yang Lahir di Pesantren
Diskusi Buku Perempuan dalam Bibliografi Pembaca
- Istimewa
Cep Subhan KM lahir di lingkungan pesantren Syamsul ‘Ulum, Jatinagara, Ciamis. Saat remaja, dia melanjutkan mesantren di Pondok Pesantren Maslakul Huda dan Perguruan Islam Mathali’ul Falah, Kajen, Margoyoso, Pati.