Kisah Nabi Ibrahim Saat Hendak Dicabut Nyawa, Bagaimana Seharusnya Umat Islam Menyikapi Kematian?
- Pixabay - Tumisu
Religi, Mindset – Dalam ajaran Islam, manusia hendaknya menyikapi kematian dengan dua sikap, yakni khauf dan roja’. Khauf artinya takut atau khawatir. Sedangkan Roja’ artinya berharap.
Khauf atau takut disini artinya perasaan gelisah atau cemas terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti.
Secara bahasa, khauf adalah “sikap mental merasa takut kepada Allah SWT”, artinya manusia merasa khawatir jika amalnya sedikit dan dosanya banyak sehingga manusia merasa belum cukup bekal menghadapi kematian.
Rasa takut disini haruslah proporsional, tidak boleh berlebihan. Justru rasa takut inilah yang harus menjadi penyemangat kita untuk terus mempersiapkan bekal berupa amal saleh untuk menghadapi kematian.
Roja’ artinya berharap. Secara luas Roja’ artinya harapan hamba kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang diinginkan.
Seorang muslim harus meyakini bahwa kematian adalah pintu pertama yang akan mengantarkan manusia bertemu dengan Rabb-Nya, Allah SWT.
Oleh karena itu, selain perasaan takut akan kematian, manusia hendaknya juga memiliki harapan bahwa kematian dapat mengantarkannya menemui TuhanNya, Allah SWT.
Kisah Nabi Ibrahim Saat Hendak Dicabut Nyawa oleh Maikat Maut
Dikisahkan, ketika ajal Nabi Ibrahim AS telah tiba, Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawa Nabi Ibrahim AS.
Malaikat maut tersebut kemudian menjumpai Nabi Ibrahim AS seraya berkata “wahai Ibrahim, aku utusan Allah, datang untuk mencabut nyawamu.”
Kemudian Nabi Ibrahim berkata : ''Apakah seorang utusan layak untuk mencabut nyawa kekasih Allah?”
Mendengar itu, malaikat maut kembali lagi dan menyampaikannya kepada Alloh SWT.
Sang Malaikat menyampaikan ucapan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Merespon pernyataan Nabi Ibrohim, Allah SWT berfirman kepada malaikat maut : “kembalilah kepada Ibrahim dan katakan kepadanya, apakah seorang kekasih tidak ingin bertemu dengan kekasihnya?.
Malaikat maut kemudian kembali kepada Nabi Ibrahim dan menyampaikan hal tersebut.
Mendengar hal tersebut, nabi Ibrahim berkata : seorang kekasih tentulah ingin bertemu dengan kekasihnya, maka cabutlah nyawaku, karena aku ingin bertemu dengan Alloh SWT. Masya Alloh.
Kepastian Setiap Manusia Akan Mati Disebutkan dalam Al Quran
Setiap manusia pasti akan merasakan mati, hal ini terdapat dalam Alquran surat Al-Imron ayat 185 yang.
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Artinya:
''Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati." (QS. Āli ‘Imrān/3:185)
Ayat di atas dengan tegas mengungkapkan bahwa semua yang hidup pasti akan menghadapi kematian.
Kita sebagai manusia, yang diberi nyawa, juga tak akan luput dari kenyataan ini. Kematian adalah sebuah takdir yang datang tanpa memandang siapa yang akan diambil.
Saat ajal tiba, tidak ada kekuatan yang dapat mempercepat atau memperlambatnya. Terkadang, ia menjemput individu saat masih bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan pada yang sudah lanjut usia.
Kematian bisa datang ketika kita tidur, dalam keadaan terjaga, dalam kesedihan, kebahagiaan, kesendirian, atau dalam keramaian.
Orang yang bijak adalah mereka yang selalu mengingat akan kematian dan berusaha mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian.
Kematian adalah suatu misteri yang tak ada yang tahu kapan akan tiba. Oleh karena itu, kita perlu sering mengingat kematian untuk menyadarkan diri bahwa hidup ini tidaklah abadi.
Selain mengingat kematian, kita juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan setelahnya dengan bertaubat dan melakukan amal saleh.
Cara Mengingat Kematian
Salah satu cara efektif untuk mengingat kematian adalah dengan sering memberikan ta'ziyyah kepada keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai. Mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengafani, menyalati, hingga menguburnya
Hanya orang yang bijaklah yang secara konsisten mengingat akan kematian dan bersiap-siap untuk menghadapinya. Nabi Muhammad pun mengutamakan mukmin yang mengingat mati sebagai mukmin yang cerdas. Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dibawah ini.
Abdullah bin ‘Umar ra mengabarkan: ''Aku sedang duduk bersama Rasulullah saw tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anṡar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah saw., lalu berkata, “Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab: ''Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.” ''Mukmin manakah yang paling cerdas?” tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab: ''Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah). *er/at