Di Nyiar Lumar 2022, Sajak Sunda Penyair Willy Menciptakan Atmosfer Sendiri
- Istimewa
dari air matamu
Sajak dipercaya sebagai jenis teks yang selalu ada yang luput ketika diubah ke dalam bahasa lain, misalnya nada atau atmosfer sajak. Sebagai penyair yang menulis dalam dua bahasa, Willy juga pernah mengungkapkan dalam satu percakapan bahwa ada hal-hal yang bisa diekspresikan dengan lebih gamblang jika dia menuliskannya sebagai sajak dalam bahasa Sunda daripada dalam bahasa Indonesia.
Saat membacakan sajak Sunda di Nyiar Lumar 2022, nada dan atmosfer itu diperkuat pula oleh suasana panggung alami dan remang cahaya obor. Tidak ketinggalan cara Willy melisankan sajak dia, terutama ketika dia mengulang-ulang bait terakhir sajak “Beurang-Beurang Basa Aing Hudang di Kosan”:
ah aing mah
naha teu bisa nyieun nagara
tina cipanon sia
Dibacakan dengan nada tanya yang diulang semakin lama semakin lirih, bait tersebut menciptakan keheningan dalam atmosfer melangut. Mungkin setiap penonton terseret ke dalam imajinasi membayangkan suasana bertanya-tanya seorang diri didorong campur aduk rasa terhadap sosok sia (pronomina kasar untuk kamu) yang entah di mana.
Mungkin juga karena setiap penonton memiliki sia-nya masing-masing yang mampu membuat mereka melangut, tepuk tangan mereka terdengar spontan dan riuh saat Willy membungkukkan badan pamit. Sesi dia membacakan puisi sudah usai, tetapi tidak demikian halnya dengan atmosfer yang dia ciptakan dengan hanya menggunakan dua buah sajak.