Seni Khas Ciamis, dari Karinding sampai Ronggeng Gunung
- Wikipedia/Ajis Nurrahmat
Mindset – Menurut legenda, dulu pernah terjadi perselisihan di kerajaan Sunda Galuh antara Ciung Wanara dan Hariang Banga. Perselisihan itu berakhir dengan pembagian wilayah dan juga berpengaruh pada bentuk kesenian.
Ciung Wanara menurunkan raja-raja sunda yang mengembangkan kesenian carita pantun yang biasa diiringi petikan kecapi. Hariang Banga menurunkan raja-raja jawa yang mengembangkan kesenian wayang yang diiringi musik gamelan.
Ciamis terletak di Jawa Barat bagian tenggara. Kawali, salah satu daerah di Kabupaten Ciamis kini, dulunya merupakan pusat kerajaan Galuh dari tahun 1311-1482. Dengan demikian, tidak mengherankan jika kesenian-kesenian lokal Ciamis banyak yang bertolak dari seni musik menggunakan kecapi dan suling.
Meskipun demikian, ada beberapa alat musik khas sunda yang biasa digunakan dalam pertunjukan seni lokal Ciamis. Salah satu alat musik itu adalah karinding, alat musik berbahan bambu dan dimainkan dengan sedikit memukulkan jari pada ujungnya.
Alat musik Karinding misalnya digunakan oleh Karinding Nyengsol, kelompok seni di Winduraja, Kawali. Nyengsol artinya miring, tetapi nyengsol di sini adalah singkatan dari “Nyungsi Eusi Ngaguar Seni Olah Laras”, artinya mencari isi seni zaman dulu dengan cara mengolah laras lagu.
Di Ciamis juga berkembang seni tari khas yang disebut Ronggeng Gunung. Seni tari ini memiliki nilai historis karena diyakini berkembang dari legenda Dewi Siti Semboja dari Keraton Galuh Pakuan Pajajaran.
Karena nilai historis tersebut, bentuk Ronggeng Gunung biasa dipentaskan dalam upacara adat. Seni tari Ronggeng Gunung juga biasa dipentaskan sebagai penutup pertunjukan budaya dua tahunan di Kawali, Ciamis yang disebut sebagai Nyiar Lumar.