Milad HMI ke-76 dan Amanat Bung Karno 1965: "Mari Progresif, Mari Turba"

Aksi Massa HMI kecam represi aparat Polri di Dompu, 2022.
Sumber :
  • viva.co.id

Mindset –Milad atau waktu kelahiran HMI adalah tanggal 5 Bulan Februari 1947. Lima Februari 2023 jatuh pada Hari Minggu. Dengan demikian, besok Minggu HMI merayakan miladnya yang ke-76.

Pemakzulan Jokowi Wacana Politis dan Inkonstitusional?

HMI atau Himpunan Mahasiswa Islam adalah ormawa atau organisasi mahasiswa yang lahir berkat inisiatif Lafran Pane berikut 14 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam. Sekarang Sekolah Tinggi Islam tersebut menjadi UII atau Universitas Islam Indonesia. 

Kiprah HMI dalam kancah nasional sudah teruji. Bukan hanya ormawa ini selalu lantang menyuarakan berbagai suara kritis atas nama mahasiswa, kader-kader HMI juga banyak yang menjadi tokoh besar. 

Profil Panji Gumilang, Pendiri Ponpes Al Zaytun yang Kontroversial dengan Berbagai Kebijakannya

Sekadar menyebut beberapa nama alumni HMI yang menjadi tokoh besar adalah Cak Nur, Azyumardi Azra, Amin Abdullah, Kuntowijoyo, Ridwan Saidi, Hamdan Zoelva. Masih ada sangat banyak alumni HMI yang lain yang memiliki spesialisasi beragam dalam kancah nasional. 

Dalam merayakan milad HMI ke-76 di tahun 2023 ini, ada baiknya kita mengingat amanat Presiden Soekarno tentang HMI. Amanat tersebut disampaikan di hadapan para kader HMI di Istana Bogor pada 18 Desember 1965. 

Kisah Kamus Legendaris Karya Mertua Anas Urbaningrum, KH. Atabik Ali

Ada banyak poin yang bisa dirangkum dari pidato Presiden Soekarno. Amanat itu sendiri berjudul “Manakala Negara Ini Pecah, Islam di Indonesia akan Ikut Menderita”. 

Baca Juga

Salah satu poin yang disinggung Bung Karno mengulang pendapatnya mengenai Islam progresif, bukan Islam yang beku. Artinya, Islam menyesuaikan dengan perkembangan zaman. 

Poin tersebut memang merupakan poin yang selalu diulang-ulang oleh Bung Karno. Sebagai kader mahasiswa yang secara khusus memeluk agama Islam, generasi HMI adalah generasi muslim yang harus berpikiran progresif revolusioner. 

Poin selanjutnya adalah keharusan mahasiswa untuk melakukan turba, turun ke bawah. Poin ini disinggung oleh Bung Karno terkait situasi panas perpecahan nasional yang terjadi setelah peristiwa Gestok atau Gerakan Satu Oktober. 

Bagi Bung Karno, sebuah negara nasional tersusun dari anasir yang berbeda dan bersatu. Dalam amanat yang disampaikan tidak lama setelah peristiwa Gestok itu, Bung Karno menyinggung suasana panas ketika pihak yang dianggap wakil komunisme, yaitu PKI, dibenturkan dengan pihak Islam. 

Dalam hal ini, HMI dianggap oleh Bung Karno mewakili Islam. Melalui turba itu diharapkan para mahasiswa Islam bisa mengajak masyarakat Islam di daerah-daerah untuk memperlakukan pihak-pihak yang berbeda aliran politik, dalam hal ini PKI, sebagai manusia yang harus diperlakukan baik sebagai sesama manusia. 

Dua poin tersebut merupakan dua poin yang jelas masih sangat relevan untuk situasi zaman sekarang. Dalam ulang tahun yang ke 76, ormawa hijau hitam bisa merenungkan ulang mengenai keislaman dan humanisme yang diusung. 

Jika membaca amanat Bung Karno, tampak bahwa pada masa itu HMI dipandang sebagai sebuah organisasi kuat dan besar. Seberapa besar dan seberapa kuat organisasi mahasiswa yang satu ini bisa dilihat juga dari peristiwa lain: Bung Karno pernah akan membubarkan HMI, tetapi pada akhirnya kita tahu Bung Besar itu mengurungkannya.