Azan Panjang vs Azan Singkat: Mana yang Lebih Baik Menurut Fikih? Ini Penjelasan Buya Yahya
- Channel Youtube/Al-Bahjah TV
Jakarta, Mindset – Azan panjang vs azan singkat, mana yang lebih baik dalam Islam? Simak penjelasan Buya Yahya tentang fikih azan, keutamaan menjawabnya, dan adab muazin yang benar.
Azan adalah panggilan suci yang menandakan masuknya waktu salat. Namun, di berbagai daerah, kita sering menemukan perbedaan dalam cara pengumandangan azan. Ada yang melantunkannya dengan nada panjang dan berirama, ada pula yang lebih singkat dan langsung.
Lalu, bagaimana pandangan fikih mengenai azan panjang vs azan singkat? Apakah ada aturan baku? Berikut penjelasan dari Buya Yahya, ulama dan pendakwah yang dikenal dengan pemahamannya yang mendalam tentang fikih Islam.
Azan dan Sunnahnya dalam Islam
Ilustrasi Azan Panjang vs Azan Singkat, kubah masjid dengan speaker.
- Unplash/Mufid Majnun
Dalam ajaran Islam, azan memiliki aturan tertentu yang harus diperhatikan. Menurut Buya Yahya dalam ceramahnya yang disampaikan melalui channel YouTube Al Bahjah TV, azan bukan hanya sekadar panggilan, tetapi juga ibadah yang memiliki adab dan ketentuan.
Beberapa hal yang disunnahkan dalam azan antara lain:
- Muazin disunnahkan berwudu sebelum azan.
- Menghadap kiblat saat mengumandangkan azan.
- Tidak memperpanjang azan hingga melewati batas kewajaran.
Menurut Buya Yahya, memperpanjang azan hingga berlebihan bisa menjadi permasalahan, terutama jika menyebabkan kesulitan bagi orang-orang yang mendengarnya.
Dalam salah satu ceramahnya, ia mengkritisi praktik azan yang berlangsung hingga 20-30 menit dengan nada yang terlalu meliuk-liuk, yang bisa mengganggu orang yang ingin menjawab azan atau memiliki aktivitas lain.
Azan Panjang vs Azan Singkat dalam Perspektif Fikih
Dari sudut pandang fikih, azan memiliki tujuan utama: mengumumkan masuknya waktu salat dan mengajak umat Muslim untuk segera menunaikan ibadah.
Karena itu, azan harus disampaikan dengan jelas, tidak terlalu cepat, namun juga tidak terlalu bertele-tele.
Buya Yahya menegaskan bahwa azan yang terlalu panjang justru dapat menghilangkan esensi dari sunnah menjawab azan.
Dalam Islam, menjawab azan adalah salah satu ibadah yang memiliki keutamaan besar. Jika azan terlalu panjang, umat bisa kehilangan kesempatan untuk menjawabnya dengan baik karena terbatasnya waktu.
Sebaliknya, azan yang terlalu singkat dan tergesa-gesa juga tidak dianjurkan, karena dapat mengurangi kekhusyukan dan keindahan dalam menyampaikan panggilan ibadah ini.
Pentingnya Ilmu dalam Mengumandangkan Azan
Buya Yahya juga menyoroti pentingnya ilmu dalam mengumandangkan azan. Seorang muazin sebaiknya memahami aturan-aturan dalam fikih azan agar dapat menyampaikan panggilan ini dengan benar dan sesuai dengan tuntunan syariat.
Bahkan, ia mengusulkan adanya pelatihan khusus bagi muazin agar mereka memahami:
- Teknik dan tata cara azan yang benar.
- Kapan harus menoleh ke kanan dan ke kiri dalam azan.
- Durasi ideal dalam mengumandangkan azan.
- Keutamaan dan hukum menjawab azan bagi pendengar.
Lantas, Azan yang Ideal Seperti Apa?
Dari berbagai penjelasan Buya Yahya, dapat disimpulkan bahwa azan yang ideal adalah azan yang memenuhi unsur berikut:
- Dilantunkan dengan suara merdu dan jelas.
- Tidak terlalu panjang hingga memberatkan orang yang mendengarnya.
- Tidak terlalu singkat hingga menghilangkan kekhusyukan.
- Mengikuti kaidah tajwid dan aturan fikih yang telah diajarkan oleh para ulama.
Dengan demikian, dalam membandingkan azan panjang vs azan singkat, pilihan terbaik adalah azan yang dilakukan dengan penuh adab, tidak berlebihan, dan tetap sesuai dengan tuntunan syariat. *AT