Mengapa Kitab Kuno Fathul Izar "Topik Mitos Seks" Masih Dipertahankan di Pesantren? Ini Penjelasanya
- YouTube/Guru Gembul
“Kita tidak boleh mensakralkan apa yang menjadi produk budaya manusia. Yang disakralkan hanyalah Al-Quran dan hadis,” tegas Guru Gembul.
Ia berharap pesantren-pesantren bisa lebih terbuka dalam menerima metode pendidikan yang lebih modern dan ilmiah, terutama dalam hal sex education yang bisa didasarkan pada penelitian kesehatan dan psikologi yang lebih relevan dengan kondisi saat ini.
Mengkritisi Bukan Berarti Melawan
Guru Gembul menggarisbawahi pentingnya memisahkan antara kritik konstruktif dengan penghinaan. Ia menyarankan agar semua pihak lebih terbuka terhadap kajian ulang terhadap kitab-kitab klasik.
Hal ini bukan berarti menentang tradisi, tetapi lebih pada upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan kebutuhan pendidikan yang lebih rasional dan modern.
Kitab Fathul Izar mungkin akan terus menjadi bagian dari kurikulum pesantren, tetapi kritik dari tokoh seperti Guru Gembul menunjukkan bahwa sudah saatnya dilakukan refleksi mendalam terhadap konten yang diajarkan. Pendidikan Islam yang maju adalah pendidikan yang mampu beradaptasi tanpa harus kehilangan esensinya. Dengan demikian, diskusi terkait Fathul Izar ini bisa menjadi langkah awal untuk memahami seksualitas dalam Islam dengan cara yang lebih ilmiah dan empatik.*RCH