Menyelami Makna Spiritual Tarian Sufi, Dr Fahruddin Faiz Ungkap Kisah Jalaluddin Rumi Temukan Tarian Ini!
- Ist
Mindset – Tarian Sufi atau yang dikenal sebagai Whirling Dervish adalah salah satu ekspresi spiritual yang penuh makna dalam ajaran sufi. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa tarian ini lahir dari sebuah pengalaman batin yang mendalam yang dialami oleh Jalaluddin Rumi.
Dr. Fahruddin Faiz dalam salah satu kajiannya mengungkap kisah menarik di balik lahirnya tarian ini—dimulai dari kesedihan Rumi hingga inspirasi yang ia dapatkan dari ketukan besi seorang pandai besi.
Kesedihan Rumi dan Lahirnya Syair-Syair Sufi
Dr. Fahruddin Faiz, dosen filsafat populer.
- Ist
Dr. Fahruddin Faiz menerangkan, Jalaluddin Rumi merupakan seorang penyair dan sufi besar dari Persia, mengalami kehilangan yang mendalam saat ditinggal oleh gurunya, Syamsuddin Tabriz.
Perpisahan ini membuatnya mengalami kesedihan luar biasa yang akhirnya menumbuhkan bakat sastranya.
Syair-syair penuh makna lahir dari kegelisahan batinnya, hingga akhirnya tarian berputar yang kini dikenal luas dalam tarekat Maulawiyah juga lahir dari pengalaman spiritualnya.
Ketukan Besi dan Awal Mula Tarian Sufi
Suatu hari, Rumi mengunjungi seorang muridnya yang bernama Salahuddin, seorang pandai besi. Saat termenung di sana, ia mulai mendengar dentingan besi yang dipukul.
Dentingan itu, di telinganya, terdengar seperti wirid yang terus mengulang asma Allah.
Tanpa sadar, tubuhnya mulai bergerak mengikuti irama ketukan besi tersebut, hingga akhirnya ia berputar dalam ekstasi spiritual.
Dari sinilah tarian Sufi berkembang menjadi bagian dari ajaran tarekat Maulawiyah.
Filosofi di Balik Putaran Tarian Sufi
Tarian Sufi tidak sekadar gerakan berputar tanpa makna. Ada filosofi mendalam yang melandasinya:
1. Gerakan Berlawanan Arah Jarum Jam
Putaran ini menyerupai tawaf di Ka’bah, melambangkan perjalanan spiritual menuju Tuhan. Energi vertikal dari gerakan ini dipercaya dapat membawa kesadaran yang lebih tinggi.
2. Posisi Tangan yang Bermakna
Tangan kanan mengarah ke langit, menandakan permohonan akan hidayah dari Allah, sementara tangan kiri mengarah ke bawah, menandakan penyebaran ilmu dan keberkahan kepada sesama.
3. Busana yang Sarat Makna
Topi tinggi yang dikenakan para penari melambangkan batu nisan, simbol kematian ego dan hawa nafsu.
Jubah putih melambangkan kesucian, sedangkan jubah hitam yang dilepas di awal tarian menandakan pembersihan dari duniawi.
5. Teknik Agar Tidak Pusing
Dr. Fahruddin Faiz menjelaskan bahwa ada trik khusus agar penari tidak pusing saat berputar:
- Kepala tidak ikut berputar secara berlebihan.
- Mata tetap terbuka dengan fokus ke satu titik.
- Pandangan lurus tanpa lirak-lirik untuk menjaga keseimbangan.
- Sama': Seni Mendengarkan yang Menghantarkan ke Kedekatan Spiritual
Dalam tradisi sufi, tarian berputar ini bukan sekadar tarian, tetapi bagian dari praktik Sama', yaitu seni mendengarkan yang membawa seseorang pada ekstasi spiritual.
Musik dan ritme dalam Sama' diyakini mampu membuka hati dan membawa seseorang lebih dekat dengan Allah.
Inilah sebabnya mengapa bagi sebagian orang, wirid atau dzikir sendirian terasa kurang menggetarkan dibandingkan ketika mendengar lantunan musik spiritual atau pembacaan syair yang mendalam.
Tarian Sufi bukan hanya gerakan indah yang memikat mata, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Kisah Rumi yang menemukan inspirasi dari dentingan besi menunjukkan bahwa spiritualitas bisa hadir dari mana saja, bahkan dari hal-hal yang tampak sederhana.
Dengan memahami makna di baliknya, kita bisa lebih menghargai kebijaksanaan yang terkandung dalam setiap gerakan tarian Sufi. *AT