5 Statemen Keliru dan Konyol tentang AA Navis dan Karyanya
- Design: MindsetVIVA
Informasi Abrar Yusra tersebut lebih logis juga karena Suara Pembaruan yang merupakan lanjutan dari Sinar Harapan baru terbit tahun 1987 setelah setahun sebelumnya Sinar Harapan dibredel.
2. Cerpen “Kemarau di Maninjau”
Lembar Iqra Majalah TEMPO edisi 4 September 2016 menyajikan judul Siapa Tuhanmu: A.A. Navis dan ‘Man Rabuka’.
Selain membahas seputar cerpen kontroversial Man Rabuka, edisi tersebut juga menyajikan tulisan singkat tentang kiprah AA Navis dan esai Ismet Fanany sebagai kurator dan editor Antologi Lengkap Cerpen AA Navis.
Sayangnya, pada halaman 53, tertulis kalimat-kalimat sebagai berikut:
Navis menolak keras dicap komunis. Dia mencoba menyatakan ia bukan komunis melalui sebuah cerpen berjudul “Kemarau di Maninjau”. Cerpen ini menjawab dugaan teman-temannya yang mengira dirinya komunis.
Sejauh penelusuran penulis, tidak tercatat ada cerpen AA Navis berjudul “Kemarau di Maninjau” baik di buku Bibliografi Karya Sastra Indonesia dalam Majalah: Drama, Prosa, Puisi (1988) susunan Ernst Ulrich Kratz ataupun dalam buku Antologi Lengkap Cerpen AA Navis.
Adapun dalam deretan karya AA Navis yang ada adalah novel Kemarau, semula dipublikasikan di harian Res Publika tahun 1964 dan kemudian dibukukan tahun 1967.
Besar kemungkinan yang dimaksud oleh statemen dalam lembar Iqra tersebut adalah novel Kemarau ini, terutama karena dalam tulisan AA Navis sendiri pada Otobiografi susunan Abrar Yusra, hal. 123, tertulis kalimat-kalimat begini: