Persidangan Socrates Tahun 399 SM, Pertarungan Ideologi antara Athena dan Sparta
- Freepik
Mindset – Persidangan Socrates tahun 399 SM melibatkan dua kota penting Yunani Kuno, Athena dan Sparta dalam pertarungan ideologi melalui persidangan sang filsuf besar.
Peristiwa tersebut terjadi segera setelah Athena mengalami kekalahan di tangan Sparta dalam Perang Peloponnesos (431–404 SM).
Persaingan tidak hanya bersifat militer. Tetapi juga mencakup perbedaan mendasar dalam bentuk pemerintahan kedua kota tersebut.
Latar Belakang Persidangan Socrates
Athena, sebagai kota demokratis, memiliki sistem pemerintahan di mana seluruh warga dewasa laki-laki menjadi anggota Majelis. Banyak jabatan diisi melalui undian (pemilihan dianggap tidak demokratis); dan warganya menikmati kebebasan berbicara. Asalkan patuh pada hukum dan tidak merusak demokrasi serta kepentingan umum.
Di sisi lain, Sparta memiliki rezim bercampur dengan perjanjian pembagian kekuasaan antara kelompok elit dan warga biasa.
Sparta lebih mengendalikan pendidikan dan kehidupan sehari-hari warganya dibanding Athena.
Di Athena, terutama di kalangan bangsawan, kaya, dan kaum muda, terdapat kekaguman terhadap beberapa aspek kehidupan dan pemerintahan Sparta.
Mereka, yang banyak menghabiskan waktu di gimnasium umum, bangga dengan ketangguhan, gaya hidup sederhana, dan tatanan rambut panjang—semua meniru gaya hidup Sparta.
Socrates sendiri, seperti yang dikonfirmasi oleh Plato dan Xenophon, juga memiliki beberapa sifat ini.
Melansir Birtanica, pada komedi Aristophanes 'Birds' (414 SM), kaum muda yang mengungkapkan kekaguman mereka terhadap Sparta disebut sebagai "Socratizing."
Daya Tarik Spartan
Ketertarikan terhadap Sparta semakin meningkat karena Athena, kota penakluk imperium dengan sumber daya besar, tidak mampu mengalahkan Sparta yang lebih kecil dan miskin.
Akhirnya, Athena kehilangan imperiumnya kepada Sparta. Politik dan gaya hidup Spartan semakin memikat bagi mereka yang mempertanyakan keefektifan demokrasi Athena.
Warga Athena biasa, yang harus bekerja untuk mencari nafkah dan tidak termasuk dalam keluarga aristokrat, bangga dengan institusi demokratis dan kebebasan yang mereka nikmati.
Mereka menyadari bahwa bentuk pemerintahan mereka memiliki musuh dan kritik internal maupun eksternal.
Selain itu, mereka tidak memisahkan urusan kota dan agama. Mereka menganggap partisipasi dalam kehidupan keagamaan yang diatur oleh institusi demokratis sebagai salah satu kewajiban warga.
Warga Athena percaya bahwa kerugian besar dapat menimpa kota jika para dewa yang diakui terganggu atau larangan keagamaan dilanggar.
Persidangan Socrates
Dalam konteks ini, Socrates, seorang filsuf kontroversial, diadili. Persidangan ini menjadi panggung untuk pertarungan ideologi antara para pendukung demokrasi Athena dan mereka yang terinspirasi oleh kehidupan dan pemerintahan Spartan.
Socrates dianggap merusak tatanan sosial dan agama tradisional dengan pertanyaan-pertanyaannya yang kritis.
Seiring berjalannya persidangan, dapat terlihat bagaimana perpecahan ideologis antara Athena dan Sparta tercermin dalam tindakan hukum terhadap Socrates.
Akhirnya, Socrates dihukum mati dengan minum racun, menciptakan sebuah babak tragis dalam sejarah peradaban Yunani kuno.
Persidangan Socrates pada tahun 399 SM tidak hanya menjadi titik balik dalam kehidupan filsuf tersebut, tetapi juga mencerminkan pertarungan ideologi yang mendalam antara Athena dan Sparta. (ar/at)