4 Rekomendasi Fiksi tentang Suku Bajo Inspirasi Film Avatar: The Way of Water

Avatar 2 The Way of Water
Sumber :
  • viva.co.id

MindsetSuku Bajo kembali menjadi perbincangan hangat pada akhir tahun 2022 ini. Sebabnya karena James Cameron, sutradara film Avatar 2 atau Avatar: The Way of Water mengungkapkan Suku Bajo adalah sumber inspirasi Suku Metkayina dalam film tersebut.

5 Hal Penting tentang Ibnu Jarir at-Tabari, Sejarawan dan Mufasir Islam Legendaris

Film Avatar: The Way of Water dirilis pada pertengahan Desember 2022. Film fiksi ilmiah ini merupakan sekuel film Avatar yang dirilis pada pertengahan Desember 2009. Di situs resmi imdb sendiri sampai saat ini film tersebut mendapat peringkat 8.1 dari 10.

Dalam film Avatar: The Way of Water, Suku Metkayina digambarkan sebagai reef clan (suku karang) atau oceanic clan (suku laut). Mereka tinggal di sepanjang pantai Pandora dan memiliki kultur tak terpisahkan dengan air. Rumah mereka yang disebut Marui dibangun menggantung di atas air pada akar pohon mirip bakau berukuran raksasa.

Nabi Adam Penyair Pertama di Bumi? Ini Penjelasan Para Ulama

Selain Avatar: The Way of Water bisa menjadi film pilihan untuk kamu tonton pada bulan ini, kamu juga bisa mencoba membaca fiksi karya para penulis lokal yang juga terinspirasi kisah Suku Bajo. Berikut 4 judul fiksi-menarik tersebut.

1. Novela Lolos (1978) karya Latonda

 

6 Refleksi Hari Bumi 2024, Mengerem Laju Dunia Menuju Kiamat

Novel Lolos Karya Latonda

Photo :
  • Goodreads

 

Novela Lolos termasuk bacaan untuk anak-anak. Novela ini pertama kali diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya pada tahun 1978 dan dicetak ulang pada tahun 1982. Kini versi buku elektronik novela ini bisa diakses dengan gratis di Ipusnas.

Sebagai bacaan anak, tokoh utama novela ini adalah dua orang anak bernama Tanjo dan Mone. Latar cerita adalah sebuah desa nelayan Bajo pada masa Aksi Polisionil Belanda. Desa tersebut digambarkan hanya dihuni oleh 250 orang penduduk yang mendiami 40 rumah.

Konflik utama dalam novela terjadi antara pihak serdadu Nica dengan Tanjo, Mone, dan para penduduk desa yang membantu pelarian dua pejuang. Novela ini hanya setipis 56 halaman dan dilengkapi beberapa ilustrasi karya seniman A. Wakidjan.

Cerita dalam novela Lolos disajikan dengan mengalir dan berakhir dengan Bahagia. Selain itu, latar tempat desa nelayan Bajo juga digambarkan sangat rinci sehingga bisa menjadi tambahan sisi menarik novela ini untuk dibaca.

2. Dwilogi Seri Kibot (1986) karya Beng Irawan

 

Novel Seri Kibot karya Beng Irawan

Photo :
  • cepsubhankm.com

 

Dwilogi Seri Kibot adalah novel detektif anak-anak terdiri dari jilid pertama berjudul Sumpit Beracun dan jilid kedua berjudul Misteri Kapal Tua. Kedua novel diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan jilid pertama setebal 199 hal. dan jilid kedua setebal 205 halaman. Novel juga dilengkapi dengan ilustrasi karya komikus D. N. Koestala.

Kedua novel mengisahkan petualangan empat anak di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Mereka adalah Ike, Boboi, Ombing, dan Tonde. Huruf awal pada nama keempatnya menjadi nama kelompok detektif mereka, Kibot, dengan tambahan huruf K dari Kaisar, seekor beruang milik Ombing.

Salah satu tokoh dalam novel, Boboi, adalah anak kepala suku Bajau yang tinggal di Rampa. Rampa adalah perkampungan nelayan di Kotabaru, Kalimantan Selatan, yang sejak 2021 dicanangkan menjadi desa wisata. Boboi digambarkan memiliki kemampuan mendayung cepat dan menyelam hebat sampai-sampai dia dijuluki sebagai “Manusia Ikan dari Rampa”.

Selain petualangan kelompok detektif cilik Kibot menegangkan untuk diikuti, novel ini juga menggambarkan persahabatan antar suku dan antar status sosial. Ike adalah putri pengusaha kaya dari Jawa, Boboi anak suku Bajau, Ombing anak lokal Banjar, dan Tonde anak suku Dayak.

Jika kamu tertarik membaca dua novel ini, kamu bisa menikmatinya di aplikasi Gramedia Daring ataupun membeli edisi cetaknya di lapak-lapak penjual buku lawasan.

3. Novel Mata dan Manusia Laut (2019) karya Okky Madasari

 

Mata dan Manusia Laut karya Okky Madasari

Photo :
  • Instagram @pryabiasa

 

Novel Mata dan Manusia Laut adalah fiksi anak yang merupakan judul ketiga dari tetralogi Seri Mata. Novel ini mengisahkan petualangan karakter Mata bersama dengan Bambulo anak Bajo di Kampung Sama yang terletak di Sulawesi Tenggara.

Ilustrasi kultur Suku Bajo digambarkan dengan rinci sepanjang cerita. Kita misalnya mendapatkan gambaran menarik kehidupan dan tempat tinggal Suku Bajo dengan rumah panggungnya. Nilai didaktik terkait relasi manusia dengan ekosistem laut juga sangat kaya dan disajikan tanpa mengurangi keasyikan petualangan menegangkan kedua karakter cilik tersebut.

Selain itu, kisah perairan Masalembo yang biasa disebut sebagai Segi Tiga Bermuda Indonesia juga bisa menjadi tambahan informasi menyenangkan tentang lautan kita. 

Karena novel ini relatif masih baru, kamu masih bisa mendapatkannya dengan mudah di pasaran. Ada penjual yang menjual buku ini sepaket sebagai tetralogi, tetapi banyak juga yang menjualnya satuan. Jika kamu ingin membacanya gratis, kamu bisa mengaksesnya di aplikasi Ipusnas, tetapi bersiaplah mengantri karena buku ini termasuk buku laris.

4. Kumpulan cerpen Nelayan itu Berhenti Melaut (2019) karya Safar Banggai

 

Nelayan Itu Berhenti Melaut

Photo :
  • Instagram @penerbit_pocer

 

Kumpulan cerpen Nelayan Itu Berhenti Melaut adalah kumpulan cerpen perdana Safar Banggai. Safar Banggai adalah penulis kelahiran Paisubebe, Banggai Laut, Sulawesi Tengah yang aktif sebagai pegiat literasi. Kini penulis sekaligus editor produktif tersebut berdomisili di Jakarta dan biasa mencantumkan nama Safar Nurhan dalam karya-karyanya.

Nelayan Itu Berhenti Melaut berisi 12 cerpen bertema laut. Topik yang diangkat sangat beragam, dari mulai sikap manusia masa kini yang seenaknya merusak biota laut, tradisi dan mitos-mitos kampung nelayan, maupun keakraban manusia dengan laut.

Dua cerpen yang paling kaya menyajikan kisah Suku Bajo diletakkan paling akhir, yaitu cerpen “Kami Orang Bajo, Tanah Asal Jadi Dongeng” dan “Manusia Ikan”. Jika cerpen-cerpen lain menyajikan kisah-kisah manusia dan lautan pada masa kini, dua cerpen tersebut mengajak pembaca bertualang menelusuri legenda asal-usul suku laut.

Demikian 4 fiksi tentang Suku Bajo yang bisa kamu nikmati sebagai bacaan menarik. Kamu bisa membacanya sebagai pendamping menonton film Avatar: The Way of Water.