Fisiognomi, Masihkah Relevan Untuk Menilai Watak Orang Sekarang?
- Unsplash @chrisjoelcampbell
Mindset –KBBI terbaru memaknai Fisiognomi sebagai ilmu wajah. Lengkapnya, cara menilai watak dan sikap seseorang berdasarkan raut wajah. Ilmu seperti ini termasuk ilmu warisan leluhur dan biasanya tidak dianggap ilmiah dengan tolok ukur keilmuan modern.
Fisiognomi ada dalam banyak tradisi dengan sebutan yang berbeda-beda. Dalam tradisi Jawa misalnya ada yang disebut katuranggan. Katuranggan adalah cara menilai watak wanita berdasarkan bentuk wajah dan bagian-bagian fisik yang lain.
Sebagai contoh, menurut katuranggan, wanita tipe padmasari leledhang atau bunga seroja bergoyang adalah tipe wanita pembawa keberuntungan untuk suaminya. Selain itu, tipe wanita ini dipandang bergelora dalam hal asmara.
Tipe padmasari leledhang adalah tipe wanita yang memiliki raut wajah bulat, dahi sempit, dan wajahnya agak membenam ke dalam. Dari segi mulut, mulutnya sempit dengan bibir tebal. Alisnya tebal, warna kulitnya kuning, payudaranya padat dan pinggulnya besar.
Sebagai cara menilai watak, fisiognomi bisa membantu kita bersikap yang tepat terhadap seseorang. Dalam tradisi Jawa, katuranggan biasa digunakan untuk memilih pasangan yang cocok sesuai keinginan.
Selain katuranggan dalam tradisi Jawa, ada juga fisiognomi dalam Islam yang disebut sebagai ilm al-firasah atau ilmu firasat. Salah satu buku yang biasa dirujuk adalah karangan Imam Fakhruddin ar-Razi berjudul Al-Firasah.
Imam Fakhruddin ar-Razi adalah seorang ilmuwan Islam dari Iran yang hidup pada tahun 1149-1209. Dalam buku Al-Firasah dia menjelaskan seluk-beluk ilmu firasat. Setelah itu, dia menunjukkan berbagai cara menilai watak seseorang dengan berbagai aspek. Aspek-aspek yang digunakan bisa raut wajah, jenis suara, kesamaan fisik dengan hewan, kesamaan ciri ras, maupun perbedaan jenis kelamin.