Puisi Jokpin tentang Puasa Ramadan, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi Jokpin
Sumber :
  • Goodreads

MindsetBulan Ramadan sebentar lagi. Di tatar Sunda, termasuk di Ciamis, sudah dilakukan tradisi Munggahan untuk menyambut bulan suci Ramadan.

Roadshow Kesehatan Tina Wiryawati, Jemput Bola untuk Warga Tanpa BPJS di Dapil Jabar XIII

Menjelang Ramadan kita juga menemukan Google Doodle menampilkan salah satu penyair legendaris Indonesia. Penyair tersebut adalah Sapardi Djoko Damono

Penyair Sapardi Djoko Damono digambarkan sedang berdiri sambil memegang payung di tengah gerimis. Hal itu sangat sesuai dengan puisi legendaris dia Hujan Bulan Juni.

Remaja Masjid di Ciamis Didorong Jadi Penggerak Kegiatan Keagamaan, Sekda Ungkapkan Harapan Besar

Nah, lalu bagaimana jika misalnya penyair berbicara bukan tentang hujan, tapi tentang Ramadan, Sobat Mindset? 

Tentu berbeda dengan ungkapan-ungkapan tentang Ramadan dari orang yang bukan penyair. Salah satu penyair yang pernah menulis puisi terkait puasa Ramadan adalah Joko Pinurbo.

Baznas dan Kemenag Ciamis Resmikan Kampung Zakat Desa Cisontrol, Upaya Kolaboratif Pemberdayaan Umat

Puisi yang Mindset temukan adalah puisi berjudul ‘’Puasa”. Puisi itu bisa ditemukan misalnya dalam antologi sehimpun puisi pilihannya berjudul Selamat Menunaikan Ibadah Puisi yang terbit pertama kali tahun 2016.

Berikut puisi pendek Joko Pinurbo atau Jokpin berjudul “Puasa” yang ditulis pada tahun 2007. 

Puisi Puasa karya Jokpin

Photo :
  • Buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

Bagaimana, Sobat Mindset? Puisinya pendek, sederhana, dan unik, kan? Kira-kira apa maknanya menurut Sobat Mindset?

Hasan Aspahani yang disebut di dalam epigraf juga merupakan seorang penyair. Apakah itu berarti puisi ini merupakan obrolan dua orang penyair tentang puasa?

Kesan pertama yang kita tangkap dari tokoh Saya dalam puisi adalah dia berada dalam kemiskinan. Mengapa demikian? 

Lha, bayangkan, untuk mencekik leher saja, yang bisa kita andaikan situasi bunuh diri, dia harus menggunakan celana, tidak mampu membeli tali. 

Sementara itu, mencuci kata-kata dalam baris ketiga mungkin maknanya menyaring diksi, aktivitas yang bisa saja kita duga menulis puisi. 

Keringat yang ditabung setiap hari menggambarkan susah payahnya melakukan aktivitas tersebut di tengah kondisi kemiskinan. 

Uniknya, jika kita biasa mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa untuk menyambut Ramadan, maka Saya dalam puisi memlesetkannya menjadi Selamat Menunaikan Ibadah Puisi.

Mengapa demikian? Mungkin saja karena sementara bagi kita Ramadan merupakan bulan istimewa sampai-sampai kita menyediakan makanan-makanan khusus untuk berbuka, maka bagi Saya dalam puisi itu tidak ada istimewanya sama sekali. 

Bagi dia, puasa Ramadan tidak ada bedanya dengan hari-hari sebelum Ramadan karena di hari-hari tersebut pun dia mungkin berpuasa disebabkan kondisi ekonominya itu tadi. 

Dengan demikian, puisi ini bisa kita sebut sebagai puisi yang getir tetapi disampaikan dengan cara unik.

Puisi ini bisa mengingatkan kita bahwa sementara kita menikmati momen-momen berbuka puasa di bulan Ramadan, kita tidak boleh melupakan orang-orang yang kurang beruntung di sekitar kita.

Demikian kira-kira gambaran arti puisi Puasa penyair Joko Pinurbo, Sobat Mindset. Salah satu puisi pendek yang pantas untuk kita baca dan renungkan menjelang bulan Ramadan 1444 H.