Badaiuz Zuhur, Salah Satu Kitab Populer Ngaji Pasaran di Ciamis
- freepik.com
Mindset –Ngaji pasaran adalah ngaji tambahan yang lazim diselenggarakan tiap bulan Ramadan di Sunda. Biasanya kitab yang dikaji disesuaikan supaya bisa tamat pada saat khataman, umumnya tanggal 20 Ramadan.
Ada banyak sekali kitab-kitab tipis biasa dijadikan bahan kajian ngaji bulan puasa ini. Kitab-kitab tersebut biasanya merupakan kitab penunjang kitab-kitab kanon yang selama ini dikaji di pesantren-pesantren di Sunda.
Pada tahun 2022, tercatat ada sekitar 439 pesantren di Ciamis. Belum terhitung pondok-pondok pesantren kecil yang tidak terdaftar secara formal di Kemenag.
Dengan demikian, tradisi ngaji pasaran pun sudah mengakar sejak zaman dulu di pesantren-pesantren Ciamis. Di antara sekian banyak kitab yang biasa dikaji dalam ngaji pasaran adalah kitab Badaiuz Zuhur.
Kitab Qasas dan Keajaiban-Keajaiban
Badaiuz Zuhur termasuk kitab qasas. Kitab ini biasa dicetak berukuran agak lebih besar dari buku bahasa Indonesia, kira-kira ukuran 15 x 21 cm.
Judul lengkapnya Badaiuz Zuhur fi Waqai’idz Dzuhur. Dengan ukuran cetakan lazim, kitab ini tidak termasuk tebal dan tidak termasuk tipis, ketebalannya bervariasi tergantung tata letak antara 150-200 halaman.
Kitab ini termasuk kitab qasas atau qasas al-anbiya, kisah para nabi. Akan tetapi di dalamnya juga termasuk berbagai nasihat berdasarkan kisah-kisah yang disajikan.
Selain itu, karena genre qasas dalam Islam sebenarnya merupakan cabang dari Ilmu Tafsir, maka di dalam kitab ini pun terkandung tafsir ayat-ayat tertentu, khususnya ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah.
Bisa dikatakan bahwa kitab Badaiuz Zuhur merupakan versi ringkas dari kitab-kitab babon qasas yang tebal-tebal, misalnya Arais al-Majalis Imam Ats-Tsalabi dan Qasasul Anbiya Imam Ibnu Katsir. Kitab ini juga memang banyak merujuk Ats-Tsalabi selain para penulis lain yang terkenal dalam genre qasas seperti Al-Kisai dan Al-Waqidi.
Menariknya lagi, sebelum masuk ke kisah Nabi Adam, kitab ini mengisahkan awal terciptanya semesta, kemudian berlanjut dengan rincian kisah terkait alam, dari mulai angin, laut, sungai, dan gunung.
Kisah-kisah tersebut memuat banyak keajaiban sehingga lebih mirip dongeng daripada sejarah. Aristoteles juga berulang kali dikutip meski membutuhkan penelitian apakah yang dirujuk memang karya dia atau pseudo-Aristoteles.
Dalam cetakan-cetakan yang beredar, penulis kitab Badaiuz Zuhur biasa dicantumkan Ibnu Iyas. Akan tetapi tampaknya ada kekeliruan penyematan penulis.
Ibnu Iyas memang menulis kitab berjudul sama, tetapi kitab tersebut merupakan kitab tebal berisi sejarah Mesir sampai tahun 1522 M. Saking tebalnya, kitab tersebut biasa dicetak lebih dari 1 jilid.
Berdasarkan rujukan pada beberapa catatan kitab-kitab klasik, lebih mungkin kalau kitab ini merupakan karangan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Adapun Imam Jalaluddin as-Suyuthi merupakan mufasir yang menjadi salah satu guru Ibnu Iyas.