Makna dan Hikmah Isra Miraj dalam 2 Pidato Peringatan Isra Miraj Bung Karno

Ilustrasi Perjalanan Malam Isra Miraj
Sumber :
  • Unsplash @shotbycerqueira

Mindset –Presiden pertama Indonesia, Bung Karno, banyak memberikan amanat dalam peringatan hari-hari besar Islam, termasuk Hari Isra Mi’raj. Dalam amanat-amanatnya terkandung berbagai makna mendalam dari tafsir-tafsir beliau terhadap momen-momen yang diperingati.

Sejarah Hardiknas, Ternyata Sudah diperingati Sejak Zaman Bung Karno

Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw. biasa diperingati pada tiap tanggal 27 Bulan Rajab. Isra Mi’raj 2023 misalnya diperingati tanggal 27 Rajab yang bersesuaian dengan tanggal 18 Februari. 

Bung Karno pernah memberikan amanat dalam peringatan Isra Mi’raj sebanyak dua kali, setidaknya yang tersimpan arsipnya. Arsip dua amanat tersebut bisa Sobat Mindset temukan misalnya dalam buku Bung Karno: Islam, Pancasila, NKRI (2006).

5 Hal tentang Jalaluddin al-Suyuthi, Ulama yang Dikutip dalam Sidang MK Pilpres 2024

Momen pertama dalam peringatan Isra Mikraj di Surabaya tanggal 7 Februari 1959. Bung Karno menyampaikan pidato berjudul Berjiwalah Mi’raj

Momen kedua dalam peringatan Isra Mikraj di Istana Negara pada tanggal 9 November 1966. Pidato tersebut berjudul Isra Mi’raj, Penguat Batin Nabi.

Berjiwalah Mi’raj (1959)

Hadis Semangka, Ternyata Bagus dimakan Bersama Kurma atau Jahe

Ilustrasi. Isra Mikraj terjadi di malam hari.

Photo :
  • Unsplash @nathananderson

Bung Karno membuka pidato ini dengan menarik pemaknaan sederhana bahwa Isra adalah kepergian jauh dari masjid ke masjid lain dan Mi’raj adalah naik ke angkasa. Selanjutnya, beliau mengikuti tafsir sufi bahwa Mi’raj adalah tangga batin untuk kita.

Baca Juga

Setelah itu, beliau menyoroti hikmah bahwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw. jalani bukan di awal kenabian, tetapi 11 tahun setelah kenabian. Pada momen itu nabi bersedih melihat hasil dari 11 tahun dakwah beliau hanya sedikit orang yang masuk Islam sementara rintangan semakin besar. 

Isra Mi’raj kemudian dimaknai sebagai hiburan dari Tuhan untuk kesedihan nabi tersebut, sekaligus penguat. Di akhir pidato, Bung Karno kemudian kembali ke makna mi’raj sebagai tingkatan revolusi yang bertolak dari batin. 

Dengan kata lain, Indonesia sudah melewati misi perjuangan kemerdekaan yang disebut revolusi bersenjata. Maka setelah itu semestinya naik tingkat atau Mi’raj menjadi revolusi pembangunan supaya kebudayaan dan negara Indonesia pun naik. 

Isra Mi’raj, Penguat Batin Nabi (1966)

Ilustrasi Mikraj Nabi Muhammad Saw

Photo :
  • viva.co.id

Dalam pidato ini, Bung Karno menyinggung sambutan Hasbullah Bakri yang menyinggung momen tragis dakwah Nabi di Ta’if dan Saifuddin Zuhri yang mengaitkan Isra Mi’raj dengan optimisme. Isra Mi’raj disebut sebagai 1 batas transisi dari 1 zaman ke zaman lain, 1 periode ke periode lain. 

Beliau kemudian mengisahkan momen dakwah Nabi ke Ta’if dan sampai pada kesimpulan bahwa Isra Mi’raj merupakan peristiwa yang menghibur kesedihan Nabi. Setelahnya berlanjut membahas Isra Mi’raj sebagai pemisah dakwah Nabi periode Makkah dengan Madinah. 

Periode Makkah beliau maknai sebagai periode ajaran iman dan tauhid, sementara periode Madinah merupakan periode hukum. Di akhir, Bung Karno menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah teladan terbaik termasuk dalam cara memimpin masyarakat.  

Baca Juga Isra Mi'raj Nabi Muhammad Saw. terjadi Malam Hari, Apa Alasannya?

Demikian gambaran makna dan hikmah Isra Miraj dalam pandangan Bung Karno. Semoga dengan melihat cara Bung Karno memberikan tafsir terhadap peristiwa Isra Mi’raj Nabi dalam dua pidato tersebut kita juga bisa mendapatkan teladan bagaimana memaknai peristiwa ajaib tersebut sesuai konteksnya sekarang, yaitu peringatan Isra Miraj 1444 H atau 2023 M.