Idealisme vs Realitas, Konflik Pandangan Plato dan Socrates Menilai Risiko Filsafat bagi Masyarakat
- Freepik
Mindset – Idealisme dan realitas menjadi dua unsur filosofis yang terus berseteru sepanjang sejarah pemikiran manusia. Konflik pandangan antara Plato dan Socrates dalam menilai risiko filsafat bagi masyarakat menjadi sorotan yang menarik.
Dalam mengeksplorasi perbedaan pandangan keduanya, kita dapat melihat bagaimana idealisme Socrates, yang diakui oleh Plato, bertabrakan dengan realitas masyarakat Athena pada masa itu.
Socrates dan Apology Plato: Kompleksitas dalam Pertahanan Diri
Ilustasi Apology karya filsuf Plato.
- epub.us
Plato, dalam karyanya yang terkenal, "Apology," tidaklah buta terhadap bahaya-bahaya kewarganegaraan dan keagamaan yang diciptakan oleh Socrates.
Namun, kompleksitas dan daya tarik Apology terletak pada kenyataan bahwa ini bukanlah semata-mata pujian satu sisi yang menyembunyikan fitur-fitur gaya hidup Socrates. Dimana hal tersebut yang menjadi penyebab kecemasan dan kebencian bagi banyak warga Athena.
Plato dengan jelas berpihak pada Socrates dan melawan Athena. Tetapi dalam hal ini, ia memberikan pandangan yang menyeluruh mengenai mengapa Socrates memiliki musuh sekaligus teman.
Kemampuan Plato untuk melukiskan beragam sisi dalam potretnya menambah kevalidan kisah ini. Seharusnya meningkatkan kepercayaan kita terhadapnya sebagai sumber pemahaman sejarah Socrates.
Filosofi Socrates dalam Pandangan Plato: Idealisme tanpa Batasan
Socrates, filsuf Yunani Klasik.
- ist
Plato dalam "Apology" tidak memberikan petunjuk bahwa ia memiliki keraguan tentang cara hidup atau doktrin yang dipraktikkan oleh Socrates.
Format dari "Apology" mencegahnya untuk berpendapat seperti itu.
Dia memutuskan untuk memberi kesempatan kepada Socrates untuk berbicara sendiri dan menahan diri dari memberikan refleksi pribadinya tentang keadilan atau ketidakadilan tuduhan terhadap gurunya.
Namun, dalam "Republic," Plato menyajikan pandangan tentang kekuatan korosif filsafat ketika diterapkan pada usia dini.
Saat pemuda mendengar pertanyaan filosofis tentang standar moral tradisional yang mereka pelajari dari orang tua dan komunitas mereka, dan melihat bahwa sulit untuk membela ortodoksi ini tanpa terjebak dalam kontradiksi, mereka cenderung menolak semua moralitas tradisional dan menjadi esensialnya tanpa hukum.
Oleh karena itu, filsafat bisa dianggap sebagai kegiatan yang berbahaya dan merendahkan martabat.
Socrates dalam "Republic" mengusulkan bahwa dalam masyarakat ideal, kaum muda seharusnya tidak terpapar kepada keraguan etis sampai mereka matang secara dewasa.
Ini adalah pembatasan yang tidak diakui oleh Socrates sejarah.
Socrates dalam "Apology" dengan bangga menyatakan bahwa dia menanyakan pertanyaannya kepada setiap warga Athena, dan menurutnya, tidak ada yang terlalu muda atau terlalu tua untuk hidup yang teruji ini.
Meskipun Socrates dalam "Apology" mengasumsikan bahwa tidak perlu ada batasan pada penyelidikan filosofis, Socrates dalam "Republic" menyatakan bahwa dalam masyarakat ideal, aktivitas semacam ini harus diatur dengan hati-hati.
Plato, Socrates, dan Realitas: Antara Keterbatasan dan Penghargaan
Ilustrasi patung Plato dan nashkah Apology karyanya.
- Sqapo
Menariknya, Plato tidak memberikan petunjuk dalam "Apology" bahwa ia memiliki keraguan terhadap cara hidup atau doktrin yang dipegang oleh Socrates.
Plato mengakui bahaya yang diakibatkan oleh Socrates tetapi juga mengagumi Socrates sekaligus menyatakan keyakinannya bahwa Socrates, setidaknya sebagian, bersalah melakukan impietas dan mengkorupsi para pemuda.
Dalam "Laws," Plato melalui pembicara utamanya mengagungkan Sparta dan Crete karena melarang pemuda mengkritik hukum-hukum komunitas mereka.
Pujian besar Plato untuk Socrates menjadi semakin mencolok karena ia menyadari mengapa Socrates dianggap berbahaya, sambil tetap mempercayai bahwa Socrates, meskipun bersalah, tetap patut dihormati.
Konflik Idealisme dan Realitas dalam Sejarah Filsafat
Melalui konflik pandangan antara Plato dan Socrates, kita melihat perdebatan abadi antara idealisme dan realitas.
Socrates, dalam idealismenya yang tanpa batasan, menjadi pusat pertentangan dengan pandangan Plato yang lebih realistis terhadap risiko Filsafat bagi masyarakat.
Sementara Socrates mendukung penyelidikan filosofis tanpa batasan usia, Plato melihatnya sebagai ancaman terhadap keteraturan sosial dan moralitas tradisional.
Dalam menyikapi risiko ini, pertentangan ini tetap relevan hingga hari ini, mempertimbangkan dampak filsafat terhadap masyarakat dan individu