Mobil Sejuta Umat vs Mobil Listrik: Siapa yang Lebih Tahan Nilai?
Selasa, 28 Januari 2025 - 17:32 WIB
Sumber :
- Ist
- Toyota Avanza (2015): Dari Rp200 juta, resale value-nya masih Rp128 juta pada 2024 (64% dari nilai awal).
- Mitsubishi Xpander (2017): Dari Rp245 juta, resale value-nya sekitar Rp200 juta (82% dari nilai awal).
Faktor utama di balik performa ini adalah popularitas, daya tahan, dan biaya perawatan yang rendah, sehingga permintaan tetap tinggi di pasar mobil bekas.
Depresiasi Mobil Listrik: Tantangan Teknologi Baru
Mobil listrik menghadapi tantangan besar dalam menjaga nilai jual kembali. Contoh nyata adalah Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV yang kehilangan sekitar 20–30% dari nilai awalnya hanya dalam 1–2 tahun.
Penyebab utama depresiasi tinggi mobil listrik:
- Inovasi Cepat: Teknologi mobil listrik berkembang pesat, membuat model lama cepat usang.
- Subsidi Pemerintah: Diskon pajak untuk pembeli baru membuat harga mobil baru lebih kompetitif, menekan harga mobil bekas.
- Biaya Baterai: Ketidakpastian tentang harga penggantian baterai di masa depan membuat pembeli mobil bekas ragu.
- Mobil Luxury: Pilihan untuk Penggemar, Bukan Investor
Mobil mewah seperti BMW dan Mercedes-Benz dikenal memiliki depresiasi tertinggi, terutama pada model sedan. Contohnya:
Halaman Selanjutnya
Mercedes-Benz S-Class (2015): Dari Rp2,3 miliar, resale value-nya hanya Rp720 juta pada 2024 (31%).BMW 3 Series (2015): Dari Rp740 juta, resale value-nya Rp323 juta (44%).