Kuwu - Gelar yang Memudar

Kuwu Hormat Salakaria
Sumber :
  • A.R FAUZI

Mindset – Suksesi kepemimpinnan dalam sebuah desa tidak terlepas dari sosok seorang kepala desa yang akrab disebut dengan “Kuwu”. Kuwu merupakan pioneer kemajuan sebuah desa, dan merupakan ujung tombak pemerintah daerah. Namun, kawan mindset bagaiamanakah asal usul istilah kuwu berasal? Untuk mengetahuinya mari kita beranjak ke masa lampau.

Isi Kekosongan Jabatan, Bupati Ciamis Lantik 2 Dirut Perumda: PDAM Tirta Galuh dan BPR Galuh Ciamis

Kemungkinan nama kuwu berasal dari Kubu, di jawa kita mengenal istilah Pakuwon, jika diurai menjadi Pa-kuwu-an/Pa-kubu-an yang berarti perkumpulan beberapa rumah tangga/penduduk. Gelar kuwu belum jelas sejak kapan digunakannya, namun dalam beberapa naskah kuno, istilah kuwu sudah disebutkan, misalnya dalam naskah “Serat Pararaton (1600 M)” dijelaskan bahwa Tunggul Ametung (1200 M) adalah seorang akuwu (setingkat camat) Tumapel dibawah kerajaan Kediri yang mati terbunuh oleh Ken Arok. Jadi seorang akuwu itu memiliki luas wilayah setingkat kecamatan di zaman sekarang.

Dari jawa tengah kita bergeser ke jawa barat, di ujung utara jawa barat atau daerah cirebon sekarang pada sekitar abad ke-15 dikenal dua orang tokoh yang bernama Ki Gede Alang-alang dan Walangsungsang atau Cakra Buana. Mereka berdua membuka lahan, membabad tegal alang-alang dan membuat pemukiman di daerah itu menjadi sebuah pedukuhan (setingkat kampung/dusun), dikenal dengan pedukuhan Lemah Wungkuk. Dalam perkembangan berikutnya, dukuh Lemah Wungkuk menjadi sebuah kota, dengan dukuh atau kampung lain di sekitarnya yang disatukan (pakubuan/pakuwuan), dan diberi nama kota Cirebon atau Grage.

Warisan Kontroversial Lenin: Larangan Faksi dan Dampaknya dalam Sejarah Partai

Ki Gede Alang-alang menjadi pemimpin pertama kota tersebut dengan gelar “Kuwu Cirebon” pada tahun 1445 Masehi. Lalu setelah itu Walangsungsang menjadi pemimpin Cirebon kedua dengan gelar “Mbah Kuwu Sangkan Cirebon”. Mengingat Galuh (sekarang Ciamis) pernah ada di bawah Kesultanan Cirebon sehingga pengaruh Cirebon di Galuh sangat kuat maka para pemimpin desa memiliki gelar Kuwu.

Dalam perkembangan berikutnya sekitar abad ke 17 Masehi setelah Kesultanan Mataram menguasai hampir seluruh pulau jawa termasuk Galuh, bagi para pemimpin dirubah kedudukannya, seperti seorang Raja yang ditaklukan mataram dirubah gelarnya menjadi Adipati dan wilayahnya menjadi kabupaten, dst. Termasuk seorang Kuwu yang awalnya memiliki wilayah seluas kecamatan menjadi seluas desa.

5 Destinasi Wisata Populer di Ciamis, Situ Lengkong Panjalu di Posisi Ini!

Sekarang istilah kuwu dalam sistem pemerintahan di jawa barat terutama di Ciamis secara resmi sudah jarang dipakai, dan diganti menjadi Kepala Desa. Tetapi, di mata masyarakat istilah Kuwu masih sangat melekat, mungkin karena mudah dalam pelafalan atau memang sudah sangat melekat di masyarakat.

Apalagi sekitar abad 19 Masehi kita sering mendengar istilah Kuwu Bintang, Kuwu Hormat dan Kuwu Aris, untuk lebih jelasnya ialah sebagai berikut :

1. Kuwu Bintang

Kuwu Bintang atau Bapa Bintang adalah seorang kuwu yang mendapat penghargaan dari Pemerintah pada masa itu atas berbagai keberhasilannya, baik dalam bidang pembangunan, pemberdayaan atau bidang lainnya, penghargaan tersebut disimbolisasikan dalam sebuah lencana yang berbentuk menyerupai “bintang”, sehingga masyarakat menyebutnya dengan kuwu bintang. Ada banyak desa yang pernah di pimpin oleh seorang kuwu bintang, misalnya di Desa Ciparigi Kecamatan Sukadana ada Kuwu Bintang Parmadisastra, di Desa Slakaria (saat sukadana dan salakaria masih satu desa) ada Kuwu Bintang Mintaredja, di Kertaharja ada Kuwu Bintang Tirtapradja mereka mendapat penghargaan dalam waktu yang bersamaan.

2. Kuwu Hormat

Kuwu Hormat adalah seorang kuwu yang mendapat kehormatan dari berbagai hal terutama kehormatan dari masyarakat, baik karena “kelungguhan”/kewibawaannya atau karena suatu kejadian yang spesial, misalkan beliau berhenti dari jabatan karena suatu alasan, maka sebagai bentuk penghargaan ia mendapat gelar Kuwu Hormat dari masyarakat. Sebagai contoh, Kuwu Hormat Abdullah Kartasasmita di Desa Margaharja Kecamatan Sukadana terkenal akan kewibawaannya dan memiliki “sima” seorang kuwu yang sangat kuat dan Kuwu Hormat Wiriasasmita di Desa Slakaria Wetan (sekarang Sukadana) ia begitu dihormati oleh masyarakat dan selalu unggul dalam PBB, selain itu ia berhenti dari jabatan kuwunya secara terhormat, maka masyarakat memberinya gelar kuwu hormat.

3. Kuwu Aris

Secara etimologi aris berasal dari kata Aristokratia dari bahasa Yunani, yang berarti "aturan yang terbaik", hal itu dipahami sebagai pemerintahan terbaik oleh warga yang memenuhi syarat dan sering kontras baik dengan bentuk monarki, aturan satu individu. Gelar kuwu Aris ini agak unik karena sangat jarang ditemukan di beberapa daerah, misal di wilayah Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis, istilah ini hanya dikenal di Desa Slakaria, dengan nama Kuwu Aris Raksadinata, sedikit sekali referensi tentang gelar Aris, namun dalam buku “Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa” karya Jan Breman, 2010 yang diterjemahkan oleh Jugiarie Sugiarto, dkk, 2014 dijelaskan bahwa di awal abad 19 kuwu aris adalah penghubung antara pejabat distrik dan para kuwu lainnya, didaerah lain disebut patinggi, demang, mantri, priyayi, dll.

Jadi, dapat disimpulkan Kuwu Aris itu adalah ketua perkumpulan para kuwu yang berkoordinasi dengan wadana mungkin setingkat Camat pada saat sekarang. Konsep Kuwu Aris di wilayah Kecamatan Sukadana sebenarnya sudah ada sejak zaman klasik, yaitu pada sekitar abad ke-18 pada saat dusun cariu masih berstatus Desa dengan kuwunya Eyang Candradirana merupakan koordinator di wilayah sekitar Desa Cariu yang sering melaksanakan seba ke Kabupaten Rancah. Dan disaat ini konsep kuwu aris masih dipakai yaitu dengan sebutan ketua APDESI.

Di Kecamatan Sukadana misalnya, ketuanya ialah Edi Mulyana, dan fakta menariknya Edi Mulyana adalah Kuwu Desa Salakaria Kecamatan Sukadana yang merupakan keturunan langsung Kuwu Aris Raksadinata.

Sekitar di abad ke-20 ini sebutan kuwu, berganti istilah menjadi Kepala Desa, tidak diketahui apa dasarnya dan bagaimana itu bisa berubah yang jelas istilah ini berubah dalam aturan pemerintah saja, karena di masyarakat istilah ini kurang dipakai, mungkin karena terlalu panjang.

Jika menilik dari struktur bahasa dan sejarah akan lebih pas jika seorang pemimpin desa disebut dengan kuwu jika dirunut dari atas, seorang pemimpin kabupaten disebut Bupati bukan Kepala Kabupaten, seorang pemimpin kecamatan disebut Camat bukan Kepala Kecamatan, maka akan terasa lebih bagus jika pemimpin desa disebut Kuwu bukan Kepala Desa.

Selain istilahnya yang sederhana juga mengingat istilah tersebut sudah melekat di hati masyarakat hingga saat ini. “Pa kuwu bintang mah kamana-mana teh sok na kuda” ujar Tar’i (92) masyarakat Desa Sukadana.

Penulis: Ahmad Rizky Fauzi

Tim Pegiat Sejarah Sukadana