Kasus Seks Mama Muda Jambi versus Anak-Anak: Siapa Korban? Siapa Pelaku?

Ilustrasi. Perkosaan dan Kekerasan Seksual.
Sumber :
  • freepik.com

Mindset –Berita mama muda pemilik warung dan rental PS di Jambi, Yunita Sari Anggraini, menjadi tersangka pelecehan seksual 17 anak ramai di media belakangan. Sejak awal, kasus sudah tampak jelas: dia adalah pelaku, anak-anak adalah korban. 

6 Fakta DoodStream, Sering Disalahgunakan untuk Share Video Asusila

Mengangkat kisah anak-anak sebagai korban tentu sangat mudah. Publik akan cenderung memihak pihak anak-anak sebagai sosok-sosok lemah. Informasi-informasi yang menempatkan pihak Yunita Sari Anggraini sebagai antagonis sangat mudah disebarkan. 

Sumber-sumber informasi awal juga memang satu pihak, yaitu dari pihak orang-orang tua anak-anak. Informasi lain hasil pengecekan awal kepolisian. Pihak suami, Aprianto, dalam pusaran kasus hadir sebagai sosok yang “tidak mengetahui” dan menambah informasi “kelainan jiwa” Yunita.

Ibu dan Anak Viral Tadinya Mau Rekam Gituan dengan Suami, Bagaimana Hukumnya?

Akan tetapi informasi-informasi baru kemudian muncul ketika keluarga Yunita Sari Anggraini ikut berbicara. Kita disuguhi kemungkinan lain yang bertentangan dengan kemungkinan-kemungkinan awal yang sebelumnya sudah tampak solid.

Meri Sagita yang merupakan kakak kandung Yunita, sebagaimana dilansir oleh Viva.co.id, Senin (13/2/2023) mengatakan bahwa justru adiknya merupakan korban perkosaan. Pelakunya 8 anak. Lokasi perkosaan di kamar rumah Yunita. 

Ibu dan Anak Viral, Berikut 5 Syarat Pengasuh Anak Menurut Islam

Dalam berita sebelumnya di Viva.co.id, Minggu (12/2/2023), ayah kandung Yunita, Raden Sagap, juga mengatakan hal sama. Raden Sagap juga menyinggung Ditreskrimum Polda Jambi yang menetapkan Yunita anaknya yang merupakan korban pemerkosaan sebagai tersangka. 

Dari Raden Sagap kita juga mendapatkan informasi lain bahwa sebelumnya dia mendapat laporan dari Aprianto soal Yunita mendapatkan pelecehan dari anak-anak. Lalu saat dikumpulkan di rumah ketua RT, anak-anak itu juga mengaku. Setelah peristiwa itu ternyata informasi yang dipublikasikan jadi berubah 180 derajat. 

Kita saat ini tentu masih berada jauh dari keputusan final tentang siapa pelaku dan siapa korban sebenarnya. Versi pertama ataupun versi kedua sama-sama mungkin. 

Akan tetapi sejauh ini versi pertama hanya mengandalkan keterangan-keterangan dari pihak orang tua anak-anak. Keterangan ini tentu saja memungkinkan adanya bias yang menempatkan anak-anak sebagai korban sementara Yunita menjadi pelaku. 

Sementara versi kedua juga berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak keluarga Yunita. Artinya, keterangan-keterangan tersebut juga memungkinkan adanya bias yang menempatkan Yunita sebagai korban dan anak-anak sebagai pelaku. 

Namun, versi kedua ini juga menyodorkan bukti banyak cakaran pada tubuh Yunita yang disebut dia dapatkan pada momen pemerkosaan. Meri Sagita juga mengatakan bahwa selain cakaran juga bagian intim Yunita sakit dan semua itu sudah divisum. 

 

Bekas Cakaran di Tubuh Mama Muda Jambi.

Photo :
  • viva.co.id

 

Publik tentu mengharapkan fakta dibuka sejelas-jelasnya. Setelah sebelumnya publik digiring untuk mengutuk Yunita sebagai pelaku yang mengalami penyimpangan jiwa, kini merupakan tugas kepolisian untuk membuka apa yang sebenarnya terjadi. 

Petunjuk-petunjuk yang bisa dilacak tentu saja banyak:

Benarkah pernah terjadi kumpulan anak-anak itu di rumah ketua RT dan mereka sudah mengaku melakukan pemerkosaan sebagaimana diinformasikan oleh Raden Sagap? Jika benar, kenapa kemudian orang-orang tua anak-anak itu malah melaporkan kebalikannya?

Benarkah suami Yunita, Aprianto, mengetahui Yunita istrinya dilecehkan anak-anak? Jika benar, kenapa kemudian keterangannya berubah menjadi dia tidak tahu apa-apa dan malah menambahkan informasi buruk perihal istrinya?

Yang juga tak kalah penting, apakah proses penetapan Yunita sebagai tersangka oleh kepolisian sudah sesuai prosedur ataukah memang ada hal-hal lain di balik penetapan tersangka tersebut sebagaimana dicurigai oleh Raden Sagap?

Penyelidikan kasus ini sejelas-jelasnya sangat penting karena mempertaruhkan banyak hal, termasuk nama baik Yunita, mama muda Jambi itu, dan kepolisian. Jangan sampai kita menjatuhkan hukuman pada pihak yang keliru dan mengabaikan kemungkinan lain yang lebih mengerikan:

Mungkin saja anak-anak remaja menjadi pelaku kekerasan seksual sehingga justru merekalah yang membutuhkan perawatan kejiwaan, bukan malah kita menutup mata dengan dalih nama baik keluarga dan mengorbankan pihak lain yang memang mudah untuk di-framing sebagai pendosa.