Filosofi Hari Nyepi yang Dirayakan Umat Hindu di Bali

Pawai Ogoh-ogoh jelang Hari Nyepi di Bali.
Sumber :
  • VIVA

Budaya, MindsetHari Nyepi merupakan hari raya besar yang rutin dirayakan oleh umat Hindu di Bali, Indonesia. Hari raya ini dirayakan pada hari keempat belas dalam kalender Bali, dan merupakan hari libur nasional di Indonesia. Apa filosofi Hari Nyepi? Yuk simak pembahasan selengkapnya di artikel ini!

Duel Sengit di Derby Jatim: Persebaya vs Arema FC, Yan Bertekad Aman 3 Poin

Seluruh masyarakat Bali menghormati tradisi Hari Nyepi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka selama berabad-abad. Hari raya besar umat Hindu ini memiliki beberapa filosofi yang mesti diketahui Sobat Mindset.

Filosofi Hari Nyepi

Berikut filosofi dari Hari Nyepi yang dirayakan umat Hindu di Bali: 

Kesucian

Biografi Al-Khwarizmi, Matematikawan Muslim Pencetus Konsep Aljabar dan Algoritma

Hari Nyepi dianggap sebagai hari yang paling suci dalam agama Hindu. Seluruh umat Hindu di Bali menghormati hari tersebut dengan cara berpuasa, membatasi aktivitas, dan tidak melakukan kegiatan yang bersifat duniawi.

Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat fokus dalam memurnikan pikiran dan merenungkan makna kehidupan.

Pesona Kampung Madu Banjaranyar, Surga Lebah yang Mengagumkan di Kabupaten Ciamis

Kesucian juga mengacu pada penghormatan terhadap Dewa Nawa Sanga, yaitu dewa-dewa penjaga semesta dalam agama Hindu.

Keseimbangan

Hari Nyepi juga melambangkan keseimbangan alam semesta. Pada hari itu, seluruh kegiatan duniawi dihentikan, sehingga alam semesta dapat beristirahat dan kembali dalam keseimbangan.

Hal ini juga merupakan penghormatan terhadap Dewa Nawa Sanga. Dalam agama Hindu, terdapat konsep Tri Hita Karana yang mengajarkan tentang keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Hari Nyepi menjadi wujud penghormatan manusia terhadap alam semesta dan Tuhan.

Pengendalian Diri

Tradisi Hari Nyepi juga mengajarkan tentang pengendalian diri. 

Selama 24 jam, masyarakat Bali diharapkan untuk mengendalikan diri dari kegiatan yang bersifat duniawi dan tidak memerlukan keperluan penting. Hal ini melatih masyarakat untuk dapat mengontrol emosi dan pikiran mereka, sehingga mereka dapat hidup dengan lebih tenang dan damai.

Pengendalian diri juga mengajarkan tentang kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi situasi yang sulit.

Kesederhanaan

Hari Nyepi juga mengajarkan tentang kesederhanaan. Selama satu hari, masyarakat Bali hanya melakukan kegiatan yang penting saja, dan membatasi penggunaan listrik dan alat-alat elektronik. Hal ini merupakan penghormatan terhadap alam semesta dan juga mengajarkan tentang kesederhanaan dalam hidup.

Kesederhanaan mengajarkan manusia untuk tidak terlalu memperoleh keinginan materialis, dan untuk bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya.

Merenung

Selama Hari Nyepi, masyarakat Bali juga diminta untuk merenung dan memikirkan makna kehidupan. Hal ini dilakukan agar mereka dapat memperbaiki diri dan hidup dengan lebih baik lagi.

Merenung juga dapat membantu manusia untuk menemukan tujuan hidup mereka, dan mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. 

Dalam keseluruhannya, filosofi Hari Nyepi mengajarkan tentang kesucian, keseimbangan, pengendalian diri, kesederhanaan, dan merenung. Hal ini memberikan kesempatan bagi umat Hindu untuk introspeksi diri dan menyiapkan diri untuk menyongsong masa depan lebih baik.