Sejarah Hari Nyepi yang Dirayakan Umat Hindu di Bali

Pura Urun Danu Beratan, Bali.
Sumber :
  • Pixabay - MadebyNastia

Budaya, Mindset – Hari Nyepi adalah hari raya besar yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali, Indonesia. Hari raya ini dirayakan pada hari keempat belas dalam kalender Bali, dan merupakan hari libur nasional di Indonesia.

Menyelami Makna Spiritual Tarian Sufi, Dr Fahruddin Faiz Ungkap Kisah Jalaluddin Rumi Temukan Tarian Ini!

Hari Nyepi memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang berasal dari tradisi Hindu di Indonesia.

Asal Usul Hari Nyepi 

Menurut sejarah, Hari Nyepi berasal dari zaman prasejarah di Bali, ketika masyarakat Hindu mempertahankan kepercayaan dan kebiasaan mereka dari pengaruh luar.

Tradisi Lompat Batu 'Hombo Batu' Nias, Dari Latihan Prajurit hingga Warisan Budaya yang Mendunia

Sejarah mengatakan bahwa pada saat itu, para dewa dan roh-roh jahat berada di Bali, dan masyarakat Hindu melakukan ritual untuk meminta perlindungan dari mereka.

Ritual ini disebut dengan "Ngrupuk" yang dilakukan pada malam sebelum Hari Nyepi.

Mengungkap Tradisi Ma'nene, Ritual Mengganti Pakaian Mayat di Toraja yang Penuh Misteri

Pada hari itu, masyarakat Bali memasang "Ogoh-ogoh", yaitu patung raksasa yang mewakili roh jahat yang hendak diusir dari pulau Bali.

Masyarakat Bali mengelilingi patung tersebut dengan tarian dan musik, lalu membakarnya di tengah desa.

Hal ini menjadi simbol pengusiran roh jahat dari Bali, dan masyarakat Bali percaya bahwa Bali akan menjadi tempat yang suci dan terjaga dari roh jahat selama setahun ke depan.

Filosofi Hari Nyepi

Hari Nyepi memiliki banyak filosofi di baliknya. Selain sebagai pengusir roh jahat, Hari Nyepi juga dianggap sebagai hari suci untuk memurnikan diri dan merenungkan makna kehidupan.

Selama Hari Nyepi, seluruh masyarakat Bali berpuasa, membatasi aktivitas, dan tidak melakukan kegiatan yang bersifat duniawi.

Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat fokus dalam memurnikan pikiran dan merenungkan makna kehidupan.

Hari Nyepi juga melambangkan keseimbangan alam semesta. Pada hari itu, seluruh kegiatan duniawi dihentikan, sehingga alam semesta dapat beristirahat dan kembali dalam keseimbangan.

Hari Nyepi Mengajarkan Pengendalian Diri

Selain itu, Hari Nyepi juga mengajarkan tentang pengendalian diri.

Selama 24 jam, masyarakat Bali diharapkan untuk mengendalikan diri dari kegiatan yang bersifat duniawi dan tidak memerlukan keperluan penting.

Hal ini melatih masyarakat untuk dapat mengontrol emosi dan pikiran mereka, sehingga mereka dapat hidup dengan lebih tenang dan damai.

Hari Nyepi juga mengajarkan tentang kesederhanaan. Selama satu hari, masyarakat Bali hanya melakukan kegiatan yang penting saja, dan membatasi penggunaan listrik dan alat-alat elektronik.

Hal ini merupakan penghormatan terhadap alam semesta dan juga mengajarkan tentang kesederhanaan dalam hidup.