Pesan Ekologis dalam Tradisi Munggahan di Ciamis
- Istimewa
Mindset – Masyarakat Sunda memiliki banyak tradisi khas untuk menyambut bulan Ramadan. Salah satu tradisi yang hampir merata dilaksanakan, terutama di wilayah Kabupaten Ciamis adalah tradisi Munggahan. Tradisi ini biasa dilaksanakan pada akhir bulan Sya’ban atau rewah, satu atau dua hari menjelang bulan Ramadan.
Tradisi Munggahan biasa dirayakan dengan berbagai cara sesuai dengan kreativitas masing-masing wilayah. Meskipun demikian, poin utama dari tradisi ini adalah berkumpul bersama baik dengan keluarga ataupun teman-teman, saling bermaafan, makan bersama, berdoa bersama. Tidak ketinggalan pula biasanya dilakukan ziarah bersama ke makam sesepuh yang sudah meninggal.
Munggah dalam bahasa Sunda berarti naik. Dengan demikian, tradisi Munggahan mengandung pesan penyambutan bulan Ramadan sebagai bulan suci tempat spiritualitas manusia diharapkan mengalami kenaikan.
Untuk itu, biasanya dalam tradisi Munggahan juga dipanjatkan doa supaya momen berpuasa bulan Ramadan berjalan lancar sebagaimana juga biasa dilakukan sedekah sebagai simbol membersihkan diri.
Festival Liwet Darussalam Ciamis
Acara makan bersama dalam tradisi Munggahan biasa menyajikan nasi liwet. Dari tradisi itu juga kemudian santri-santri Pesantren Darussalam Ciamis dalam munggahan tahun 2022 dengan kreatif misalnya berinisiatif menyelenggarakan Festival Liwet Nusantara. Nasi liwet sebagai salah satu makanan khas Sunda memang juga merupakan bagian dari tradisi santri di pesantren-pesantren tradisional Ciamis.
Selain acara-acara tersebut, tradisi Munggahan di Kabupaten Ciamis juga biasa diisi dengan acara bersih-bersih lingkungan. Warga dan pemerintah bersama-sama membersihkan berbagai fasilitas umum yang ada. Dengan demikian, diharapkan bukan hanya diri sendiri yang menyambut bulan Ramadan dengan bersih, tetapi juga lingkungan sekitar.