Unik! 24 Esai Sepak Bola Karangan Cak Imin
- viva.co.id
Mindset –Cak Imin adalah salah seorang politikus kawakan kita yang intelek. Bukan hanya menguasai medan tempur politik nasional, Cak Imin juga seorang pembaca yang kuat.
Hal tersebut sebenarnya tidak terlalu mengherankan karena Cak Imin yang memiliki nama lengkap A. Muhaimin Iskandar adalah seorang santri nahdliyyin.
Pesantren memiliki tradisi membaca dan menghafal yang kuat sejak usia dini, yaitu berupa literatur keagamaan berupa kitab kuning.
Tradisi tersebut tampaknya diteruskan ketika Cak Imin melanjutkan kiprahnya dari santri menjadi aktivis dan kemudian politikus.
Tanpa tradisi membaca yang kuat, Cak Imin tidak mungkin menjadi seorang politikus pemikir seperti sekarang.
Seorang politikus yang sekaligus pembaca menjadi sosok komplet karena dia menguasai teori dan wacana sekaligus juga menguasai medan politik praktis.
Uniknya, di antara sekian banyak buku yang Cak Imin karang, ada satu buku kumpulan esai sepak bola. Buku tersebut diberi judul Spiritualitas Sepak Bola.
Esai-Esai Sepak Bola Unik
Buku Spiritualitas Sepak Bola
Bagaimana bisa Cak Imin yang terkenal sebagai politikus nasional kok menulis esai tentang sepak bola?
Jawabannya sederhana, Cak Imin ternyata menyoroti sepak bola sebagai seorang pengamat sepak bola sekaligus pengamat sosial politik yang kritis.
Selain itu, melalui jalur sosial politik, esai-esai tersebut juga kemudian ditarik ke ranah spiritualitas.
Hal itu menyebabkan esai-esai Cak Imin tentang sepak bola menjadi khas dan unik. Setiap esai dalam buku tersebut yang jumlahnya 24 dimulai dengan komentar tentang sepak bola, setelah itu dianalisis dengan ditautkan ke aspek sosial, politik, dan spiritual.
Manfaat sepak bola
- Freepik.com
Maka dari pengetahuan tentang lanskap sepak bola, kita diajak merenung ke ranah-ranah yang tak terduga.
Dalam satu esai misalnya Cak Imin membahas soal penjaga gawang, kemudian mengibaratkan peran kiai dalam ranah sosial politik Indonesia sebagai seorang penjaga gawang.
Artinya, kiai tidak pernah maju ke depan kecuali dalam kondisi darurat. Posisi kiai adalah benteng pertahanan nilai-nilai keislaman dan juga konsep negara bangsa.
Contoh lain, menyoroti beragamnya latar belakang etnis, kultur, dan agama para pemain sepak bola dalam sebuah tim nasional, Cak Imin menautkannya pada konsep pluralitas agama, etnis, kepercayaan, dan bahasa yang menopang republik ini.
Artinya, belajar dari sepak bola, pluralitas tersebut tidak mematikan gerak dan tidak perlu diseragamkan, melainkan justru menguatkan cita-cita kolektif berbangsa dan bernegara.
Masih banyak lagi contoh-contoh lain perenungan sederhana perihal kondisi sosial politik yang Cak Imin petik dan jelaskan secara sederhana dari pengamatan kritisnya terhadap sepak bola.
Hal tersebut membuat esai-esai sepak bola Cak Imin tetap relevan untuk dibaca kapan pun meski esai-esai tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 2006.