Profil Anies Baswedan, dari Ketua Osis se-Indonesia sampai Jadi Calon Presiden RI Partai Nasdem

Profil Anies Baswedan.
Sumber :
  • Design: MindsetVIVA

Sosok, MindsetAnies Baswedan, figur yang sering menjadi sorotan media, selalu mengundang perhatian publik. Bahkan selama masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta dari 2017 hingga 2022, namanya tak pernah lepas dari perbincangan sehari-hari sebagaimana seorang tokoh nasional. Berikut profil Anies Baswedan akan diulas dalam artikel ini! Simak selengkapnya!

Diana Cristiana, Guru yang Tak Gentar Menghadapi OPM Demi Masa Depan Anak-anak Papua

Momentum kepemimpinannya sebagai Gubernur diwarnai oleh berbagai inovasi dan perubahan yang diusung. Pendukungnya tak terelakkan, namun tak jarang pula kritik datang menghujani.

Baru-baru ini, sebelum ia mengundurkan diri, berbagai isu hangat mencuat, termasuk proyek Formula E di Ancol, proyek Stadion Internasional Jakarta (JIS) sesuai standar FIFA, dan proyek-proyek lainnya. 

Demo Darurat Indonesia Hari Ini, Begini Kata Bung Hatta tentang Demo

 

Rizki Natakusumah Trending di X ‘Twitter’, Intip Profil dan Biodata Suami Beby Tsabina Ini!

Namanya kembali mencuat belakangan ini setelah diumumkan sebagai calon presiden yang diusung oleh Partai Nasional Demokrat (NasDem). Untuk Pemilihan Presiden tahun 2024 mendatang.

Profil Anies Baswedan

Lahir di Kuningan, Jawa Barat pada 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid, Anies Baswedan memiliki latar belakang keluarga yang kuat di dunia akademis.

Ayahnya, Rasyid Baswedan, pernah menjabat sebagai wakil rektor di Universitas Islam Indonesia (UII) dari tahun 1990 hingga 1993. Dia adalah seorang akademisi di bidang Ekonomi dan mengajar di Fakultas Ekonomi.

Sementara ibunya, Aliyah Rasyid Baswedan, adalah seorang Guru Besar Emeritus di Universitas Negeri Yogyakarta.

Selain itu, dia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial, keagamaan, dan kemasyarakatan di Yogyakarta. 

Aliyah telah memimpin DPW Wanita Islam DIY selama tiga periode. Dia juga memimpin penyaluran beasiswa bagi siswa dan mahasiswa dari keluarga kurang mampu selama lebih dari 30 tahun.

Pendidikan Anies Baswedan 

Anies Baswedan berkunjung ke Baduy, Lebak, Banten.

Photo :
  • Instagram/Anies Baswedan

Dari dua tokoh akademis hebat ini, Anies Baswedan mengembangkan potensinya. Pendidikannya dimulai di Taman Kanak-kanak Masjid Syuhada pada usia 5 tahun. 

Kemudian, ia melanjutkan ke Sekolah Dasar Laboratori, Yogyakarta, pada usia 6 tahun. Pendidikannya terus berlanjut di SMPN 5 Yogyakarta dan SMAN 2 Yogyakarta.

Anies aktif dalam organisasi selama masa sekolah, bahkan berhasil terpilih menjadi Wakil Ketua Osis di sekolahnya. Prestasinya tak berhenti di situ, pada tahun 1985, ia menjadi Ketua Osis se-Indonesia.

Puncak pencapaian internasionalnya saat remaja terjadi pada tahun 1987. Di mana Anies Baswedan mengambil bagian dalam program pertukaran pelajar AFS dan menjalani satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, AS.

Setelah menjalani pendidikan di Amerika Serikat selama masa SMA, Anies kembali ke Yogyakarta dan mulai menjajaki dunia jurnalistik.

Dia dipercaya sebagai bagian dari program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia (TVRI) cabang Yogyakarta. Di sana, Anies Baswedan memegang peran sebagai pewawancara tokoh-tokoh nasional.

Pertumbuhan di dunia akademik dan nonakademik terus berlanjut. Pada tahun 1985, Anies bergabung dengan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai mahasiswa.

Setelah menikah, Anies Baswedan pada tahun 1998 memperoleh gelar Master of Public Management dari Sekolah Urusan Publik Universitas Maryland.

Tidak berhenti di situ, Anies Baswedan juga mengejar gelar doktor di Northern Illinois University, AS.

Pada tahun 2004, ia berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy di Departemen Ilmu Politik.

Riwayat Organisasi Anies Baswedan 

Anies Baswedan bersama warga Suku Baduy, Lebak - Banten.

Photo :
  • Instagram - Anies Baswedan

Di waktu yang sama, ia terlibat dalam aktivitas HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan bahkan berhasil menjadi Ketua Senat Mahasiswa di fakultasnya.

Salah satu prestasinya adalah membangkitkan kembali Senat Mahasiswa UGM setelah dibekukan oleh Kemendikbud.

Pada tahun 1992, Anies menjadi Ketua Senat Universitas saat kongres tahunan berlangsung.

Anies Baswedan menciptakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk melengkapi Senat sebagai lembaga legislatif yang disetujui oleh kongres pada tahun 1993. 

Kiprahnya membuktikan bahwa ia bukan hanya pandai mengorganisir, tetapi juga memiliki kemampuan membaca situasi dan merintis gerakan.

Seperti banyak mahasiswa pada zamannya, Anies juga ikut ambil bagian dalam demonstrasi untuk menyuarakan pendapat.

Salah satu inisiatifnya adalah demonstrasi menentang penerapan Sistem Dana Sosial Berhadiah pada bulan November 1993 di Yogyakarta.

Keluarga Anies Baswedan 

Saat menyelesaikan pendidikan sarjana, Anies Baswedan menikah dengan Fery Farhati Ganis pada 11 Mei 1996. 

Fery memiliki sejarah prestasi yang mengesankan sebelum menikah dengan Anies. Setelah pernikahan, Fery mendukung Anies dengan aktif berpartisipasi dalam berbagai bidang.

Fery pernah menjabat sebagai Ketua PKK DKI Jakarta, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi DKI Jakarta, Bunda PAUD Provinsi DKI Jakarta, Penasihat Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi DKI Jakarta, dan Penasihat DWP Provinsi DKI Jakarta.

Fery Farhati juga sering diundang sebagai pembicara di berbagai lembaga dan organisasi.Pasangan Anies Baswedan memiliki empat orang anak, yaitu Mutiara Annisa Baswedan, Mikail Azizi Baswedan, Kaisar Hakam Baswedan, dan Ismail Hakim Baswedan.

Karir Anies Baswedan 

Anies terus menunjukkan dedikasinya dalam berbagai karier. Dari tahun 2004 hingga 2005, ia bekerja sebagai Research Manager di IPC Inc., Bannockburn, Illinois, AS. 

Karier Anies Baswedan selanjutnya adalah sebagai Senior Researcher di Lembaga Survei Indonesia dari tahun 2005 hingga 2007. Pada tahun 2006-2007, ia menjadi National Advisor for Decentralization and Regional Autonomy di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.

Pada tahun 2005 hingga 2009, Anies menjabat sebagai Research Director di Institut Indonesia, Pusat Analisis Kebijakan Publik. 

Tahun 2007, ia menjadi Rektor dan Presiden di Universitas Paramadina. Keberhasilan ini menjadikannya rektor termuda yang pernah dilantik oleh perguruan tinggi di Indonesia pada usia 38 tahun.

Sejak tahun 2008 hingga saat ini, Anies juga telah aktif berperan sebagai anggota Dewan Pemimpin Muda untuk Indonesia di Jakarta.

Dia juga memiliki peran sebagai Dewan Penasehat Bina Antarbudaya sejak 2009.

Dari tahun 2010 hingga 2013, Anies menjadi penggagas gerakan Indonesia Mengajar dan mendirikan Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.

Setelah itu, ia memasuki dunia pemerintahan Indonesia. Ia menjadi anggota Panitia Seleksi Komisaris KPU dan Bawaslu dari tahun 2011 hingga 2012. Sejak 2009, ia juga menjabat sebagai Dewan Manajer AMINEF hingga 2013.

Karier puncaknya datang pada tahun 2014 ketika Anies terpilih sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Kerja 2014-2019.

Selain karier dan pendidikan yang gemilang, Anies juga telah menerima banyak penghargaan dan menghadiri banyak konferensi internasional yang bergengsi.