Pratiwi Sudarmono dari Indonesia, Perempuan Astronot Pertama dari Asia

Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, PhD, SpMK(K)
Sumber :
  • Istimewa

Mindset –Pada era Orde Baru, nama Pratiwi Sudarmono sangat terkenal. Nama dan profilnya juga sering muncul dalam buku-buku bacaan untuk anak-anak sebagai teladan seorang perempuan hebat

Betapa tidak, dia memang menjadi perempuan kebanggaan Indonesia pada masa itu. Bukan hanya kebanggaan Indonesia, tetapi juga kebanggaan Asia. 

Lalu sebenarnya apa saja prestasi yang dicapai oleh Pratiwi Sudarmono sampai namanya dicatat dengan tinta emas? Berikut Mindset sajikan profil Pratiwi Sudarmono untuk generasi masa kini supaya tidak melupakannya. 

Profil dan Rekam Jejak Pratiwi Sudarmono

Pratiwi Sudarmono dan Taufik Akbar saat berlatih di ruang tanpa beban.

Photo :
  • nasa.gov

Pratiwi Sudarmono atau nama lengkapnya Pratiwi Pujilestari Sudarmono adalah perempuan kelahiran Bandung, 31 Juli 1952. Dia sudah bercita-cita untuk bergabung ke dalam INSPEX atau Indonesian Space Experiment sejak duduk di kelas 2 SD di Bandung. 

Cita-citanya itu menjadi kenyataan ketika pada tahun 1985 proposal riset dia untuk INSPEX termasuk 1 dari 5 riset yang disetujui oleh NASA. Pada saat itu dia baru saja meraih gelar Ph.D bidang Biologi Molekuler dari Universitas Osaka, Jepang. 

Bulan Oktober tahun yang sama, Pratiwi Sudarmono terpilih untuk ikut dalam misi Wahana Antariksa NASA STS-61-H sebagai 1 dari 2 spesialis muatan. Misi tersebut direncanakan berlangsung pada 24 Juni-1 Juli 1986 dengan menggunakan pesawat ulang alik Columbia.

Sayangnya penerbangan tersebut dibatalkan akibat terjadinya musibah yang menimpa pesawat ulang alik Challenger. Pesawat tersebut meledak setelah diluncurkan pada 28 Januari 1986. 

Tujuh orang meninggal dalam kecelakaan tersebut termasuk seorang warga sipil, guru, yang menjadi spesialis muatan, yaitu Christa McAuliffe. 

Fakta tersebut menyebabkan munculnya anggapan bahwa NASA pada masa itu memang belum siap memberangkatkan warga sipil ke luar angkasa. Oleh sebab itu misi STS-61-H yang juga melibatkan warga sipil termasuk Pratiwi Sudarmono kemudian diurungkan. 

Setelah peran terkait misi luar angkasa itu, Pratiwi Sudarmono melanjutkan perannya di bidang Biologi Molekuler. Tahun 1994-2000, dia menjadi Ketua Departemen Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran UI. 

Pada awal tahun 2008, Pratiwi Sudarmono diangkat menjadi Guru Besar Kehormatan dalam Ilmu Mikrobiologi di Fakultas Kedokteran UI. Sebelas tahun kemudian, tahun 2019, dia memperoleh penghargaan GE Indonesia Recognition for Inspiring Women in STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika).  

Demikian profil ringkas dan rekam jejak Pratiwi Sudarmono, perempuan hebat Indonesia yang menjadi astronot perempuan pertama dari Asia. Prestasi dia membuatnya penting untuk diingat terutama di momen Hari Perempuan Internasional seperti saat ini.