Nasaruddin Umar Masuk Bursa Cawapres Ganjar? Berikut Profilnya
- viva.co.id
Mindset –Nama cendekiawan Islam Nasaruddin Umar mencuat ke publik belakangan ini. Sebagaimana diberitakan oleh Viva pada Selasa (16/5), Nasaruddin Umar diisukan masuk ke dalam bursa cawapres Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo sendiri merupakan calon presiden atau capres yang diusung oleh PDIP.
Nasaruddin Umar merupakan imam besar di Masjid Istiqlal Jakarta. Sebelumnya, beliau merupakan Wamenag ke-1 untuk masa jabatan tahun 2011-2014.
Lalu selain itu, bagaimana profil Nasaruddin Umar? Seperti apa rekam jejaknya baik dalam dunia akademisi ataupun profesional? Berikut Mindset sajikan dengan merangkum dari berbagai sumber.
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. adalah cendekiawan Islam kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 23 Juni 1959.
Riwayat pendidikan Nasaruddin Umar dipenuhi deret kampus mentereng dalam dan luar negeri. Lulusan UIN Alauddin Makassar ini melanjutkan pascasarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setelah itu, studinya ditempuh secara berurutan di Mc Gill University, Kanada, Universitas Sorbonne, Prancis, dan Leiden University, Belanda.
Di luar deret kampus tersebut, Nasaruddin Umar juga pernah menjadi sarjana tamu di beberapa kampus. Pertama di Shopia University, Tokyo, lalu di SOAS University of London, dan Georgetown University, Washington DC.
Dengan rekam jejak pendidikan yang sangat gemilang seperti itu, tidak mengherankan jika dalam 3 dekade terakhir Nasaruddin Umar memegang berbagai jabatan, baik struktural maupun nonstruktural.
Sebagai contoh, Nasaruddin Umar merupakan Guru Besar di UIN Syarif Hidayatullah dan Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran.
Spesifikasi bidang keilmuan Nasaruddin Umar memang di bidang tafsir Al-Quran. Penelitian-penelitiannya di bidang tersebut beberapa sudah dibukukan, salah satu yang paling terkenal adalah Argumentasi Kesetaraan Jender (Perspektif Al-Quran).
Nasaruddin Umar banyak mengkaji perempuan dari sudut pandang tafsir Al-Quran. Bukunya yang lain yang juga merupakan kajian di bidang tersebut adalah Ketika Fikih Membela Perempuan dan Mendekati Tuhan dengan Kualitas Feminin.
Ada juga buku tipis dan kecil berjudul Qur’an untuk Perempuan yang merupakan teks pidato yang diterbitkan atas kerja sama Jaringan Islam Liberal dan Teater Utan Kayu.
Tidak mengherankan jika kemudian pihak-pihak yang atipati menyebutnya sebagai tokoh feminis dan Islam Liberal.
Nasaruddin Umar juga menjabat sebagai Mustasyar PBNU periode 2015-2020, menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal, dan juga terpilih sebagai Ketua Umum Ittihad IPIM (Ittihad Persaudaraan Imam Masjid Indonesia) tahun 2019.
Masih ada sangat banyak jabatan lain yang beliau pegang, termasuk sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Ponpes As’adiyah dan Ketua Yayasan Ponpes Al-Ikhlas Ujung. Kedua pesantren tersebut berada di tanah kelahirannya, Sulawesi Selatan.
Dua jabatan terbaru Nasaruddin Umar adalah salah satu Rais PBNU untuk masa khidmat 2022-2027 dan Ketua Umum BP4 (Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) untuk periode 2019-2024.
Karena kiprahnya di berbagai bidang, Nasaruddin Umar juga mendapatkan sederet penghargaan. Dua di antaranya termasuk Bintang Karya Satya dari Presiden RI pada tahun 2001 dan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden RI tahun 2014.