Ridwan Kamil trending di Twitter: Dunia Tanpa Kasta dan Matinya Kepakaran

Ridwan Kamil dan Twitter
Sumber :
  • Twitter

MindsetRidwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, menjadi trending topic di Twitter pada Rabu (4/1/2023). Asal-usulnya komentar di akun Instagramnya yang dibagikan akun Twitter @Outstandjing dan dipandang sebagai negatif. Konten terkait komentar adalah penggunaan APBD untuk membangun Masjid Al Jabbar

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Sastra Indonesia Kembali Berduka

Ridwan Kamil adalah salah satu pejabat dan politikus kita yang aktif berdialog di media sosial, baik di Instagram maupun di Twitter. Kita bahkan bisa mengatakan bahwa Twitter sudah menjadi ruang yang akrab dan memberikan dampak positif bagi Ridwan Kamil sejak dia dulu menjabat sebagai Walikota Bandung.

Keaktifan seperti itu memiliki nilai positif maupun negatif tergantung dari sudut mana kita memandang. Twitter sebagai media sosial memiliki banyak pengguna sehingga bisa digunakan pula untuk kepentingan terkait opini publik. 

PKS Ciamis Gelar Yaumul Ma'al Qur'an, Pererat Ukhuwah Islamiyah di Bulan Ramadan

Yang menjadi masalah, Twitter memiliki sistem terbuka sehingga pengontrolan kepentingan tersebut tidak bisa dilakukan melalui monopoli internal sistem, melainkan mau tidak mau harus melalui ruang yang disediakan oleh sistem itu. Dari situlah kemudian lahir buzzer, pendengung. Tidak aneh jika ruang Twitter yang pernah mengantarkan Ridwan Kamil meraih Social Media Award tahun 2016 dalam kategori kepala daerah sebagai tokoh yang memperoleh sentimen positif kini berbalik mengantarkannya trending Twitter dengan sentimen negatif. 

Lantas, menarik menyimak twit Ridwan Kamil kini yang menyebutkan keberadaan akun-akun bodong atau akun nol posting. Akun-akun ini, dalam pandangan Ridwan Kamil, selalu meramaikan hal-hal yang tidak substansial, sementara poin substansial sebenarnya justru sudah usai dibahas atau didialogkan dengan baik. 

Sembako Mahal? Ini Cara Menyikapinya Ala Ulama Tasawuf Imam Qusyairi

Akun-akun Twitter seperti itu jelas menjamur, dibuat dengan beragam motif dan politik adalah salah satunya. Yang jelas, akun-akun seperti itu hadir untuk mencoba melakukan kontrol opini dengan status trending sebagai medan pertaruhannya. Dalam istilah yang umum biasa disebut penggorengan isu. 

Karena trending menggunakan kuantitas dan bukan kualitas sebagai tolok ukur, kerap kali satu-satunya cara paling praktis dan masuk akal untuk mencegah upaya kontrol opini tersebut adalah melalui upaya yang sama. Twitwar dan perang buzzer adalah fenomena yang tidak lagi aneh terutama di musim politik. 

Dalam perang di medan yang menentukan kemenangan berdasarkan kuantitas, kebenaran dan fakta bukan lagi hal penting. Di situlah kita juga melihat karakteristik Twitter sebagai dunia tanpa kasta dan matinya kepakaran. Dalam dunia semacam itu, pendapat siapa pun diperlakukan sama dan dikomentari semau orang. 

Karakteristik tersebut tidak berarti melulu negatif. Twitter misalnya memungkinkan interaksi lebih akrab antara publik dengan pejabat sampai titik seolah tidak ada lagi jarak. Situasi tersebut juga memungkinkan jalan pintas komunikasi antara warga dengan pejabat tanpa melalui birokrasi yang keruwetannya sudah sangat populer. Efek positif seperti itu yang dulu juga Ridwan Kamil manfaatkan semasa menjadi Walikota Bandung. 

Selain itu, juga takberarti tidak ada orang yang menakar twit dengan nalar sehat. Akan tetapi komentar dari seorang pakar sekali pun akan kalah dengan mudah oleh komentar lain yang lebih kuat secara retoris dan didukung kuantitas yang lebih banyak.

Memang perang semacam itu adalah perebutan kekuatan meyakinkan publik dan dengan demikian sarana retorika lebih dominan dipergunakan daripada logika. Lebih lagi, ruang Twitter yang konstruksinya menuntun spontanitas sehingga menurunkan potensi kontemplasi cenderung memungkinkan dominannya statemen-statemen sesat logika (logical fallacy): statemen-statemen yang sepintas tampak logis dan hanya bisa ditemukan kekeliruan penalarannya melalui kontemplasi.   

Maka kembali ke perihal Ridwan Kamil yang mendadak trending Twitter, apa yang dibutuhkan oleh sekadar komentar yang biasa pun untuk menjadi trending hanyalah beberapa pemicu awal. Artinya, komentar yang wajar dan biasa pun bisa menjadi tampak tidak biasa jika ada sekian akun yang memantik mengatakan bahwa komentar tersebut tidak biasa, kasar, atau apa pun, termasuk kualitas-kualitas positif. 

Dari situ akan banyak akun yang ikut-ikutan berpendapat mendukung. Pada titik ini kuantitas komentator akan bertambah dengan sendirinya, para komentator awal tinggal menonton. Trending Twitter dimungkinkan karena aturan khas psikologi massa yang dianut oleh para pengguna media sosial termasuk netizen Twitter: mereka cenderung tidak ingin ketinggalan berkomentar tentang apa pun yang tampak ramai, terlepas dari apakah mereka menguasai persoalan tersebut atau tidak. 

Dengan kata lain, bisa jadi istilah yang tepat terkait medan Twitter bukan matinya kepakaran, tetapi diobralnya kepakaran. Yakni, di media sosial, setiap orang berhak merasa dirinya menjadi pakar. Ridwan Kamil sebagai “anak Twitter” yang pernah menjadi Walikota Bandung dan kini menjadi Gubernur Jawa Barat tentu saja tidak bisa berpura-pura taktahu hal itu hanya pada saat dirinya trending Twitter negatif.