6 Puisi Tahun Baru karya Penyair Indonesia termasuk W.S. Rendra, Remy Sylado, dan Jokpin
- Unsplash @leekos
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug
Atau pernyataan setia pegawai rendahan saja
Kosong tak berdaya
Shalat kita rasanya lebih buruk daripada senam ibu-ibu
Lebih cepat daripada menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda
(Doa kita sesudahnya jauh lebih serius
Kita memohon hidup enak didunia
Dan bahagia di sorga)
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal
Makan minum dan saat istirahat
Tanpa menggeser acara buat syahwat
Ketika datang rasa lapar atau haus
Kita pun manggut manggut:
O, beginikah rasanya...
Dan kita sudah merasa
Memikirkan saudara saudara kita yang melarat
Zakat kita jauh lebih berat terasa
Dibanding tukang becak melepas penghasilannya
Untuk kupon undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran
Hubaya-hubaya Tuhan menggantinya lipat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pengalaman spiritual dan material
Membuang uang kecil dan dosa besar
Lalu pulang membawa label suci
Asli made in saudi: Haji
Kawan, lalu bagaimana bilamana dan berapa lama
Kita bersamaNya?
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas
Mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahNya
Kawan, Tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah
Mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan
Demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemunkaran demi kedamaian
Pendek kata, demi semua yang baik
Halallah semua sampai pun yang paling tidak baik.
Lalu bagaimanakah para cendekiawan dan seniman?