Raden Ayu Lasminingrat di Google Doodle 29 Maret 2023, Apa Saja Jasanya?

Google Doodle Raden Ayu Lasminingrat
Sumber :
  • Google

MindsetGoogle Doodle 29 Maret 2023 menampilkan sosok perempuan Sunda. Sosok tersebut tampil di tengah-tengah sketsa beberapa lanskap menyimbolkan pendidikan dengan warna lembut. 

Mengenal James Baldwin, Penulis dan Aktivis Hak Sipil yang Diabadikan dalam Google Doodle

Siapakah perempuan sunda tersebut?

Keterangan dari Google Doodle sendiri menyebutkan bahwa Doodle 29 Maret 2023 memperingati aktivis perempuan dari suku Sunda yang dikenal luas sebagai salah seorang pejuang hak-hak perempuan paling penting pada masanya. 

Google Doodle 29 Januari 2024 Memajang Perempuan Berhijab, Siapakah Dia?

Adapun nama perempuan Sunda tersebut adalah Raden Ayu Lasminingrat

Raden Ayu Lasminingrat berasal dari Garut. Beliau lahir pada 29 Maret 1854 dan meninggal pada usia 94 tahun, 10 April 1948. 

5 Fakta Kapal Pinisi Indonesia yang Jadi Google Doodle 7 Desember 2023

Dengan demikian, Google Doodle 29 Maret 2023 ini memperingati ulang tahun Raden Ayu Lasminingrat yang ke 169. 

Raden Ayu Lasminingrat mungkin tidak seterkenal Raden Ajeng Kartini, tetapi sebagaimana Kartini beliau juga merupakan pejuang emansipasi perempuan. Bahkan bisa dikatakan Raden Ayu Lasminingrat adalah perempuan intelektual pertama Indonesia. 

Beliau merupakan putri Raden Haji Muhammad Musa, seorang sastrawan ulama dari Sunda abad ke-19. Sang bapak tersebut juga merupakan pelopor kesusastraan Sunda dalam bentuk cetak. 

Berkat pemikiran sang bapak yang maju, Raden Ayu Lasminingrat bisa mendapatkan pendidikan memadai. Beliau belajar di sekolah Eropa yang didirikan oleh sang bapak.

Uniknya, di sekolah tersebut, anak-anak Eropa berada di ruang sama dengan anak-anak pribumi, demikian juga anak laki-laki dengan anak perempuan. 

Padahal pada masa itu pendidikan anak Eropa dan pribumi umumnya dibedakan, sementara perempuan jelas sangat susah mendapatkan akses pendidikan.

Raden Ayu Lasminingrat

Photo :
  • Istimewa
 

Raden Ayu Lasminingrat kemudian tergugah untuk memperjuangkan kesetaraan derajat kaum perempuan di Nusantara. 

Cita-cita tersebut kemudian diwujudkan pada tahun 1907 ketika beliau mendirikan Sakola Kautamaan Istri di Pendopo Garut. Tiga tahun sebelumnya, Raden Dewi Sartika, aktivis perempuan Sunda putri Patih Bandung Raden Rangga Somanagara, juga mendirikan Sakola Istri di Bandung. 

Kemiripan nama dua sekolah tersebut bukan tanpa hubungan. Raden Ayu Lasminingrat adalah salah satu tokoh yang berjasa mendorong Raden Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri. Keduanya berhubungan akrab seperti ibu dan anak yang sama-sama memiliki cita-cita memperjuangkan hak-hak perempuan. 

Raden Ayu Lasminingrat dan suaminya ikut membujuk Bupati Bandung saat itu, R.A.A. Martanagara supaya meluluskan keinginan Raden Dewi Sartika mendirikan sekolah. Raden Dewi Sartika cenderung kesulitan mendapat izin karena beliau putri lawan politik sang bupati. 

Pada awal-awal pendiriannya, Sakola Kautamaan Istri terbatas hanya bagi kalangan priyayi sunda saja. Di sekolah tersebut diajarkan materi membaca, menulis, dan pemberdayaan perempuan, termasuk berbagai keterampilan khusus perempuan.

Sebenarnya, jauh sebelum momen tersebut, sejak 1879, Raden Ayu Lasminingrat aktif menyadur cerita anak-anak yang dijadikan buku bacaan wajib di sekolah resmi seperti HIS, misalnya dongeng-dongeng Grimm bersaudara, ke dalam bahasa Sunda untuk dijadikan bahan bacaan pelajaran Sunda. Selain itu, beliau juga menulis karya sendiri. 

Sakola Kautamaan Istri terus berkembang sampai akhirnya disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1913. Dua tahun sebelumnya, jumlah murid sekolah tersebut naik drastis mencapai 200 orang sehingga harus dibangun 5 kelas baru. 

Dua dekade kemudian, Sakola Kautamaan Istri semakin berkembang sampai memiliki cabang di berbagai wilayah yaitu di Wetan Garut, Bayongbong, dan Cikajang. Kelak pada era Jepang, Sakola Kautamaan Istri berubah menjadi Sekolah Rakyat (SR) dan menerima anak laki-laki. 

Setelah itu, sekolah tersebut mengalami dua kali perubahan, yaitu menjadi SDN Ranggalawe 1 dan IV pada tahun 1950 dan sejak tahun 1990 menjadi SDN Regol VII dan X.

Berbagai jasa Raden Ayu Lasminingrat di bidang pendidikan perempuan dan juga mendorong kemunculan para pejuang emansipasi perempuan membuat beliau sangat pantas digelari pelopor intelektual perempuan Indonesia. Tidak mengherankan jika beliau ditampilkan di Google Doodle 29 Maret 2023.