Kisah Isra Mi’raj dalam Bentuk Puisi di Tatar Sunda Ciamis
- Tokopedia
Nadoman atau pupujian berbahasa Sunda tersebut sering terdengar dikumandangkan oleh anak-anak di masjid menjelang berjemaah salat. Biasanya hal tersebut dilakukan terutama pada Bulan Rajab dan menjadi bagian dari tradisi rajaban di tatar Sunda. Karena sering dikumandangkan tersebut maka tidak heran jika tanpa sadar orang-orang menjadi hafal kisah Isra Mikraj yang disajikan dalam bentuk puisi tersebut.
Maka bisa dikatakan bahwa nadoman atau pupujian berbahasa Sunda memang merupakan sarana dakwah yang ramah kultur. Dengan dakwah menggunakan media seni seperti itu maka tradisi Islam bisa menyatu dengan tradisi Sunda secara damai. Selain itu, bentuk puisi juga membuat isi kandungan dakwah lebih mudah merasuk ke dalam hati.
Jika ditinjau menggunakan Ilmu Arud maka bisa dikatakan nadoman Isra Mikraj berbahasa Sunda ini menggunakan bahr Rajaz. Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan wazan (ritme) berupa pengulangan taf’ilah mustaf’ilun sebanyak enam kali.
Selain itu, pada baris ke-10 nadoman juga memang disebutkan:
Nganggo bahar Rajaz dinadomkeunana
Mustaf’ilun genep balik dibacana