Honda City Hatchback: Gagal Jadi Penerus Jazz, Ini 5 Alasan Kenapa Penjualannya Anjlok!
- Honda
Jakarta, Mindset – Meski berbekal desain sporty dan fitur canggih, Honda City Hatchback gagal mengisi kekosongan yang ditinggalkan Honda Jazz. Ini penyebab utamanya.
Honda, sebagai pabrikan besar dengan reputasi tangguh di Indonesia, telah lama dikenal melalui model ikonik seperti Jazz, HR-V, hingga Civic.
Namun tidak semua produk mereka mampu merebut hati pasar. Salah satu contohnya: Honda City Hatchback.
Diluncurkan pada 2021 untuk menggantikan Honda Jazz, mobil ini seolah mengemban misi berat—meneruskan warisan city car legendaris yang sudah menancap kuat di hati masyarakat Indonesia.
Sayangnya, data penjualan menunjukkan hasil yang sebaliknya. Setelah mencatat penjualan awal sebesar 8.384 unit di 2021, performanya langsung anjlok di tahun berikutnya: hanya 619 unit di 2022, dan stagnan di 718 unit pada 2023
Hingga 2024, Honda bahkan tak lagi mempublikasikan angka penjualannya.
Lantas, kenapa Honda City Hatchback gagal jadi penerus Jazz?
Fitu canggih Honda City Hatchback Facelift.
- Honda
Berikut lima alasan kenapa Honda City Hatchback gagal jadi penerus Jazz, dari sudut pandang yang jarang dibahas:
1. Bukan Sekadar Hatchback, Tapi Warisan Emosional
Honda Jazz bukan hanya mobil. Ia adalah ikon generasi muda yang sukses membangun fanbase loyal.
Ketika diganti oleh City Hatchback—yang punya DNA sedan—terjadi disconnect emosional.
Banyak penggemar merasa kehilangan karakter "Jazz" yang fun dan fleksibel. City Hatchback mungkin keren, tapi tak punya jiwa yang sama.
2. Harga Terlalu Ambisius untuk Segmen yang Salah
Dengan banderol awal Rp352 juta–Rp382 juta, City Hatchback langsung masuk ke ranah compact SUV dan sedan premium.
Di segmen ini, konsumen tak sekadar cari fitur—mereka menginginkan status dan kenyamanan.
Sementara City Hatchback tampil sporty, tapi interiornya tak semewah harganya. Banyak konsumen akhirnya berpaling ke model seperti Toyota Yaris, bahkan ke SUV seperti Hyundai Creta atau HR-V.
3. Desain Bagus, Tapi Tidak “Jazz-Like”
Desain City Hatchback sebenarnya modern dan tegas—lampu full LED, velg 16 inci, hingga garis bodi yang sporty.
Tapi perubahannya terlalu “dewasa”. Mobil ini terasa seperti sedan yang dipangkas buntutnya, bukan hatchback muda yang playful.
Sementara segmen anak muda yang selama ini menyukai Jazz, tak mendapatkan chemistry yang sama.
4. Isu Sparepart dan Masa Depan Model yang Buram
Berhembus isu bahwa Honda City Hatchback akan segera dihentikan produksinya. Hal ini membuat calon konsumen ragu, terutama soal ketersediaan suku cadang.
Meski mesinnya berbagi dengan WR-V dan BR-V (L15ZF), namun body part-nya eksklusif dan berbagi dengan City Sedan yang juga kurang populer. Akibatnya, persepsi jangka panjang menjadi negatif.
5. Salah Timing & Minim Inovasi Khusus Pasar Lokal
City Hatchback masuk saat tren pasar sedang shifting ke arah SUV kompak. Honda seperti kehilangan momentum.
Di saat rival seperti Toyota fokus pada Yaris Cross dan Raize, Honda justru mempertaruhkan segmen yang kian mengecil.
Tanpa inovasi khas lokal, City Hatchback jadi terasa generik dan kurang “Indonesia banget”.
Honda City Hatchback bukan produk gagal secara teknis. Dari sisi performa, efisiensi, hingga fitur, mobil ini sangat kompetitif. Namun kesalahan Honda terletak pada pemosisian pasar, harga yang kurang bersahabat, serta minimnya pendekatan emosional ke komunitas Jazz loyalis. *AT