Mengapa Mengikuti Passion Bisa Menjebak Karir? Ini Penjelasan dari Buku Don't Follow Your Passion!
- Ist
Mindset – Banyak orang meyakini bahwa mengikuti passion adalah kunci menuju kebahagiaan dan kesuksesan karir. Namun, buku 'Don't Follow Your Passion' karya Cal Newport memberikan perspektif yang berbeda. Mengikuti passion ternyata tidak selalu membawa hasil positif.
Buku ini mematahkan mitos "follow your passion" yang populer, dengan argumen bahwa fokus pada passion justru bisa menjadi jebakan karir.
Passion Tidak Selalu Tepat untuk Karir
Dalam masyarakat modern, saran "ikuti passion" sering dianggap sebagai kunci kesuksesan.
Namun, Cal Newport menjelaskan bahwa saran ini bisa menjadi jebakan. Ketika seseorang terlalu fokus pada passion, mereka bisa kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang sebenarnya lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Passion saja tidak cukup, karena dunia kerja membutuhkan keterampilan yang langka dan bernilai, bukan sekadar gairah.
Keterampilan Lebih Berharga dari Sekadar Passion
Salah satu konsep utama yang diusung Newport adalah tentang "keterampilan berharga" (valuable skills).
Ia menekankan bahwa karir yang sukses lebih banyak ditentukan oleh keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja daripada mengejar passion.
Dalam buku ini, Newport mengajak pembaca untuk fokus pada pengembangan keterampilan yang jarang ditemukan tetapi sangat dihargai dalam pekerjaan.
Dengan begitu, karir yang dihasilkan akan lebih stabil dan memberikan kepuasan jangka panjang.
Kenapa Passion Bisa Menjebak?
Newport membahas berbagai contoh di mana orang yang mengikuti passion justru terjebak. Salah satu contoh adalah seorang akuntan yang berhenti dari pekerjaan bergaji tinggi untuk mengejar mimpi membuka kelas yoga.
Di awal, ia penuh semangat, tetapi seiring waktu, semangat itu memudar. Ia terjebak dalam pekerjaan yang tidak memberinya kepuasan finansial maupun emosional, padahal sudah meninggalkan karir sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa mengikuti passion bisa membuat kita salah langkah dan mengorbankan peluang untuk menemukan karir yang lebih cocok dengan kemampuan dan kebutuhan pasar.
Penelitian: Passion Tidak Selalu Berhubungan dengan Karir
Sebuah penelitian terhadap 539 mahasiswa di Kanada yang dikutip dalam buku ini menunjukkan bahwa hanya 4% passion mereka yang relevan dengan karir. Ini membuktikan bahwa tidak semua passion bisa dijadikan landasan karir.
Newport berargumen bahwa kita sebaiknya lebih realistis dalam memetakan karir dengan mengembangkan keterampilan, bukan hanya berfokus pada apa yang kita sukai.
Menguasai Bidang Kerja Membangun Passion
Menariknya, Newport mengungkapkan bahwa passion sering kali muncul belakangan, setelah seseorang menguasai bidang tertentu.
Ini dikenal sebagai 'self-determination theory', yang menyatakan bahwa kepuasan dalam bekerja ditentukan oleh penguasaan, otonomi, dan keterkaitan sosial, bukan oleh passion sejak awal.
Jadi, lebih baik fokus pada bagaimana menjadi ahli di bidang pekerjaan daripada mencari pekerjaan yang sesuai passion.
Mindset Pengrajin: Kunci Karir Gemilang
Newport juga memperkenalkan konsep "mindset pengrajin", yang menekankan pentingnya fokus pada bagaimana kita dapat memberikan nilai pada pekerjaan, bukan pada apa yang pekerjaan berikan kepada kita.
Mindset ini lebih membangun karena menciptakan fondasi untuk karir yang gemilang dan tahan lama, di mana seseorang terus berusaha untuk mengasah kemampuan dan memberikan kontribusi nyata.
Jangan Terjebak Passion, Kembangkan Keterampilan'
Buku 'Don't Follow Your Passion' mengajak kita untuk lebih bijak dalam memilih karir. Passion tidak boleh menjadi satu-satunya panduan dalam menentukan jalan karir. Sebaliknya, fokuslah pada pengembangan keterampilan berharga yang dapat mendukung pertumbuhan karir dan memberikan kepuasan jangka panjang. Dengan menguasai keterampilan ini, passion akan datang seiring waktu, bukan dari awal.*RCH