Musim KDRT, Gunung Es Lesti Kejora versus Rizky Billar dan Venna Melinda versus Ferry Irawan
- viva.co.id
Mindset –KDRT atau Kekerasan dalam Rumah Tangga akhir-akhir ini semakin marak menghiasi berita di media massa. Tokoh-tokoh yang mengalami hal tersebut kebanyakan adalah selebritas. Sebelumnya kita misalnya menyimak terjadinya KDRT dalam rumah tangga Lesti Kejora dengan Rizky Billar. Kasus tersebut berujung antiklimaks dengan damai.
Kini kita kembali menyimak dugaan terjadinya KDRT dalam rumah tangga Venna Melinda dengan Ferry Irawan. Kasus KDRT tersebut sudah dibawa ke ranah hukum dan Ferry Irawan bahkan sudah ditahan oleh Direskrimum Polda Jatim sejak Senin malam (16/1/2023).
Jika alasan media massa memberitakan dua kasus tersebut adalah karena faktor popularitas pihak-pihak yang terlibat KDRT, maka kita boleh menduga bahwa sebenarnya kasus-kasus senada yang tidak tercium media massa selama ini juga berlangsung. Artinya, jumlah kasus KDRT yang sebenarnya mungkin jauh di luar perkiraan kita.
Baca juga: Venna Melinda Alami KDRT? Berikut 5 Langkah Penting Korban KDRT
Kita bisa mengatakan bahwa kasus KDRT yang kita ketahui melalui media mungkin merupakan gunung es. Gunung es yang tampak di permukaan hanya sedikit dan itu pun sudah mengejutkan kita. Akan tetapi apa yang berada di balik permukaan justru jauh lebih besar. Mungkin saja setiap hari berlangsung KDRT pada keluarga-keluarga biasa, sebagian terus berlangsung sementara sebagian lainnya diselesaikan tanpa tercium oleh media.
Dengan kata lain, perkara kasus KDRT merupakan urusan kita bukan karena pihak-pihak yang terlibat kasus tersebut merupakan selebritas. KDRT merupakan urusan kita semua karena tidak ada keluarga mana pun yang boleh mengalaminya. Kesadaran semacam ini penting karena korban KDRT sendiri biasanya mengalami syok yang membuat dia tidak berani speak up.
Belum lagi jika kita mempertimbangkan pihak pelaku yang memiliki sifat manipulatif. Jalan menuju penyelesaian kasus KDRT akan menjadi semakin panjang dan membutuhkan bantuan berbagai pihak. Kasus KDRT memang tampak sebagai kasus privat, tetapi memperlakukannya sebagai kasus privat justru sering menjadi trik pihak pelaku untuk menyelesaikannya secara damai sesuai keinginan mereka.
Baca juga: 5 Pembelaan Ferry Irawan terkait Tuduhan KDRT Venna Melinda
Maka, harus kita tekankan bahwa musim KDRT yang kita rasakan sama sekali tidak menandakan bahwa hal tersebut hanya terjadi di kalangan selebritas. Hal tersebut juga tidak menandakan bahwa KDRT baru marak belakangan. Akan tetapi maraknya pemberitaan tentang kasus KDRT justru harus membuat kita lebih sadar bahwa kasus-kasus yang lebih parah mungkin selama ini berlangsung di sekitar kita.
Bedanya, kasus-kasus tersebut tidak terekspos media karena melibatkan orang-orang biasa. Maraknya pemberitaan juga bisa menjadi dorongan keberanian korban-korban yang selama ini tidak berani mengekspos KDRT yang mereka alami untuk speak up karena dunia tidak pernah mendukung KDRT, siapa pun pelakunya, di mana pun terjadinya, dan siapa pun korbannya.
Tentu saja kita pun harus berhati-hati dalam menyikapi kisah speak up terduga korban KDRT supaya hukuman yang didapatkan terduga pelaku KDRT merupakan hukuman yang semestinya. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada bagian-bagian dalam speak up terduga korban KDRT yang bukan merupakan fakta.
Pengecekan dan pembuktian merupakan dua langkah penting. Karena alasan yang sama, penyelesaian kasus KDRT di ranah hukum menjadi pilihan utama alih-alih melakukan penghukuman sosial berbasis main hakim sendiri. Baik terduga pelaku maupun korban KDRT harus mendapatkan hak-hak yang sesuai bagi mereka.