Banjir Nuh dalam Puisi Amir Hamzah, Ngeri tapi Indah
- Pixabay / pixundfertig
Baris-baris puisi tersebut memuat diksi-diksi yang mungkin terasa asing untuk pembaca Indonesia saat ini.
Diksi rampak misalnya merupakan bahasa Minangkabau yang berarti jatuh, rebah, runtuh, tumbang, atau diksi terban yang bisa berarti runtuh ataupun musnah.
Meski demikian, bait-bait puisi tersebut terasa puitis sekaligus menggambarkan kengerian momen banjir Nuh.
Bagaimana hujan turun tanpa henti, permukaan air naik terus-menerus, dan manusia kebingungan mencari tempat berlindung.
Pada momen itu digambarkan kedamaian dalam jung bertudung, perahu Nabi Nuh yang disebut sebagai kekasih Tuhan.
Dahsyatnya momen tersebut digambarkan juga dengan diksi bungkar yang merujuk pada ombak besar yang saking besarnya bisa menyapu apa pun yang ada di pantai, seperti tsunami.