Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, Abadi dalam Puisi Taufiq Ismail
- Wikimedia
Mindset –Tragedi Trisakti adalah salah satu sejarah kelam Indonesia. Dalam peristiwa yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 itu terjadi penembakan mahasiswa.
Akibat penembakan tersebut, 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta meninggal dunia dan puluhan mahasiswa lainnya luka-luka.
Nama 4 orang mahasiswa yang meninggal adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.
Tragedi tersebut diikuti oleh tragedi lain yang dikenal sebagai Kerusuhan Mei 1998. Kerusuhan tersebut memakan korban sangat banyak dari etnis Tionghoa.
Klimaks dari rentetan tragedi tersebut, Presiden Soeharto meletakkan jabatan pada tanggal 21 Mei 1998. Orde Reformasi kemudian dimulai.
Tragedi Trisakti dalam Puisi Taufiq Ismail
Taufiq Ismail adalah salah seorang penyair Indonesia yang sangat terkenal dari Angkatan 66. Penyair kelahiran Bukittinggi ini sangat produktif bukan hanya menulis puisi tetapi juga mendeklamasikannya.
Taufiq Ismail merupakan salah seorang pendiri majalah sastra legendaris Horison. Dia juga termasuk tokoh penggerak dalam hal mengenalkan tradisi membaca sastra dan menulis di sekolah-sekolah.
Salah satu ciri khas puisi-puisi Taufiq Ismail adalah puisi-puisinya merupakan kesaksian berbagai peristiwa.
Pada masa akhir Orde Lama, puisi-puisinya yang merekam kejatuhan Orde Lama dibukukan dalam antologi puisi Tirani dan Benteng.
Lalu pada era kejatuhan Orde Baru, Taufiq Ismail juga merekam berbagai peristiwa di tahun tersebut, yakni tahun 1998 dan dibukukan dalam Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia.
Salah satu puisi Taufiq Ismail adalah puisi Tragedi Trisakti. Puisi tersebut berjudul 12 Mei, 1998. Secara lengkap puisi tersebut adalah sebagai berikut.
Sebuah puisi yang sangat mengharukan, bukan, Sobat Mindset?
Puisi tersebut bisa dikatakan merupakan salah satu puisi terbaik Taufiq Ismail.
Melalui puisi tersebut, Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 akan selalu kita ingat sebagai salah satu momen kelam dalam sejarah Indonesia.
Semoga momen kelam semacam itu tidak akan pernah terulang lagi.