Beli Rumah vs Sewa, Mana yang Lebih Cuan? Ini Perhitungan Realistis Ala Raymond Chin!
- Griya idola Residance
Mindset – Dalam perdebatan klasik antara membeli rumah atau menyewa, sering kali kita mendengar anggapan bahwa menyewa adalah "uang yang terbuang." Namun, Raymond Chin menghadirkan perspektif yang berbeda dengan pendekatan finansial yang lebih rasional.
Dalam salah satu video di Channel Youtube Raymond Chin, sang Youtuber ini mematahkan stigma bahwa menyewa selalu merugikan dan menunjukkan bagaimana keputusan keuangan ini perlu dihitung secara cermat.
Perhitungan Dasar: Kredit Rumah vs Sewa
Raymond mencontohlan, jika seseorang ingin membeli rumah seharga Rp1 miliar melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR), rata-rata DP yang diperlukan adalah 20%, yaitu Rp200 juta.
Dengan tenor 15 tahun dan bunga 10% floating per tahun, cicilan tahunan yang harus dibayar mencapai sekitar Rp103 juta.
Total yang dikeluarkan setelah 15 tahun mencapai Rp1,7 miliar, di mana Rp700 juta di antaranya hanya untuk bunga.
Sebaliknya, jika seseorang memilih menyewa rumah dengan harga Rp1 miliar, rata-rata biaya sewanya berdasarkan yield properti di Indonesia sekitar 4,77% per tahun, yaitu Rp47 juta.
Jika dibandingkan, selisih antara cicilan rumah dan biaya sewa bisa mencapai Rp56 juta per tahun.
Investasi Alternatif dari Selisih Biaya
Ilustrasi mengelola keuangan.
- Freepik
Jika selisih Rp56 juta per tahun tersebut diinvestasikan dalam instrumen dengan return rata-rata 12% per tahun, seperti IHSG, maka dalam 15 tahun, jumlah uang yang bisa dikumpulkan mencapai sekitar Rp2,7 miliar.
Bandingkan dengan rumah yang mengalami kenaikan harga rata-rata 6% per tahun, yang dalam 15 tahun hanya bernilai sekitar Rp2,1 miliar setelah dikurangi biaya bunga.
Artinya, secara angka, menyewa dan berinvestasi bisa memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan membeli rumah.
Beli Rumah vs Sewa: Faktor-Faktor yang Sering Terabaikan
1. Biaya Tambahan dalam Kepemilikan Rumah
Membeli rumah tidak hanya tentang harga jual dan cicilan. Ada biaya lain yang sering kali terlupakan, seperti pajak properti, biaya perawatan, biaya perantara saat ingin menjual kembali, serta biaya renovasi yang mungkin diperlukan seiring waktu.
2. Fleksibilitas Finansial
Dengan menyewa, seseorang memiliki fleksibilitas untuk mengalokasikan dananya ke investasi yang lebih menguntungkan tanpa terikat dalam komitmen jangka panjang yang besar.
Ini menjadi penting terutama bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi atau belum memiliki kepastian lokasi tempat tinggal tetap.
3. Disiplin Finansial
Salah satu tantangan utama bagi mereka yang memilih menyewa adalah disiplin dalam mengalokasikan selisih biaya sewa dan cicilan ke investasi yang benar-benar produktif.
Tanpa perencanaan yang matang, uang yang seharusnya diinvestasikan bisa saja habis untuk konsumsi yang kurang bermanfaat.
4. Mengapa Yield Sewa di Indonesia Rendah?
Di Indonesia, yield properti cenderung lebih rendah dibandingkan negara lain. Hal ini terjadi karena tingginya kesenjangan ekonomi.
Banyak properti dipegang oleh kalangan atas sebagai instrumen investasi, sementara mayoritas penyewa berasal dari kelas menengah ke bawah.
Hal ini menyebabkan harga sewa tidak bisa naik terlalu tinggi, karena daya beli penyewa terbatas. Akibatnya, membeli properti sebagai investasi sering kali tidak memberikan imbal hasil yang optimal dibandingkan instrumen lain.
Beli Rumah vs Sewa: Mana yang Lebih Cuan?
Keputusan antara membeli atau menyewa rumah sangat bergantung pada kondisi finansial dan tujuan jangka panjang masing-masing individu.
Jika melihat dari perspektif investasi murni, menyewa dan menginvestasikan selisih biaya dapat memberikan keuntungan yang lebih besar.
Namun, faktor psikologis seperti kepastian tempat tinggal dan kenyamanan memiliki aset tetap juga harus dipertimbangkan.
Bagi mereka yang mampu mengelola keuangan dengan baik dan memiliki strategi investasi yang jelas, menyewa bisa menjadi pilihan yang lebih cerdas. Namun, bagi mereka yang lebih nyaman dengan kepemilikan properti sebagai bentuk keamanan finansial, membeli rumah tetap bisa menjadi keputusan yang masuk akal. *AT