Alfira Oktaviani dan Semilir Ecoprint: Fashion yang Ramah Lingkungan

Alfira Oktaviani
Sumber :
  • satu-indonesia.com

MindsetAlfira Oktaviani melalui Semilir Ecoprint membuktikan bahwa fashion dan lingkungan bisa bersinergi. 

Sebab Gempa Bumi Menurut Legenda Klasik Islam, Konon Gara-Gara Iblis

Pandangan tentang gaya fashion mewah dengan menggunakan bahan-bahan yang dipilih tanpa mempertimbangkan lingkungan merupakan sesuatu yang umum. 

Lingkungan memang berada di urutan kesekian dalam bidang apa pun. Sikap semacam itu pula yang selama ini dianut banyak orang kemudian menyebabkan bumi rusak.

Gempa Garut Memakan Banyak Korban, Ini Doa Gempa Bumi, Transliterasi dan Terjemahnya

Polusi udara parah seperti yang kini sedang dialami kota-kota besar seperti Jakarta jelas sedikit banyak efek dari sikap seenaknya semacam itu.

Belum lagi di kampung-kampung juga bencana alam seperti banjir dan tanah longsor kerap kali memang sebabnya bisa dikembalikan pada sikap manusia yang meremehkan alam. 

Fashion Ala Semilir Ecoprint

6 Refleksi Hari Bumi 2024, Mengerem Laju Dunia Menuju Kiamat

Salah satu produk Semilir Ecoprint

Photo :
  • Instagram @semilir_ecoprint

Alfira Oktaviani adalah seorang mompreneur yang tertarik pada Ecoprint. Akan tetapi apa itu Ecoprint, Sobat Mindset?

Ecoprint adalah istilah yang sebenarnya sudah umum digunakan di bidang tekstil. Istilah itu merujuk pada teknik cetak menggunakan bahan alami.

Dengan menggunakan bahan alami maka proses dan produk hasil proses tersebut memiliki kategori ramah lingkungan

Teknik ini aslinya bisa digunakan bukan hanya pada media kain, tetapi juga berbagai media lain.

Teknik Ecoprint inilah yang digunakan oleh Alfira Oktaviani untuk brand fashion yang dia gagas, yaitu Semilir Ecoprint. 

Fashion Ramah Lingkungan

Contoh hasil pewarna alami Semilir Ecoprint

Photo :
  • Instagram @semilir_ecoprint

Melalui Semilir Ecoprint, Alfira Oktaviani yang merupakan lulusan sarjana apoteker Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, menyodorkan konsep eco-fashion.

Uniknya, Semilir Ecoprint sebagai sebuah brand bisnis ternyata dimulai secara sederhana dengan modal hanya 500 ribu rupiah.

Akan tetapi dalam perjalanannya, permintaan pasar ternyata terus meningkat. Pasar ternyata menyukai produk-produk fashion yang prosesnya melibatkan bahan-bahan alami. 

Beberapa contoh bahan yang digunakan adalah daun bungli, lerak, lanang, dan jenitri. Sementara produk yang diciptakan terutama tas wanita.

Akan tetapi menyesuaikan permintaan, Semilir Ecoprint sendiri kemudian memproduksi kain, baju, sampai homedecor yang menggunakan tema Ecoprint. 

Adapun pasar Semilir Ecoprint sendiri adalah wanita perkotaan usia 25 tahun ke atas yang memiliki kesadaran tinggi terkait lingkungan. 

Promosi Budaya Melalui Fashion

Salah satu produk Semilir Ecoprint

Photo :
  • Instagram @semilir_ecoprint

Di Instagram Semilir Ecoprint terbaca semboyan yang salah satunya berbunyi “promote culture”, mempromosikan budaya. 

Apakah Semilir Ecoprint memang bisa mempromosikan budaya? Jika bisa, budaya apa yang dipromosikan?

Salah satu contoh promosi budaya yang dilakukan oleh Semilir Ecoprint adalah produk Ecoprint yang bukan berupa media kain melainkan media kulit kayu lantung.

Kayu lantung sendiri berasal dari Bengkulu.

Produk-produk Semilir Ecoprint yang lain juga mengusung tema kultural senada.

Hal tersebut bisa dilakukan karena produk Semilir Ecoprint memang merupapkan produk-produk handmade

Semilir Ecoprint didirikan di Bantul, Yogyakarta pada tahun 2018. Sampai sekarang, apresiasi terhadap fashion unik ini terus berkembang.

Terbaru, Alfira Oktaviani sebagai pendiri Semilir Ecoprint didaulat menjadi penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2022. 

Hal tersebut berkaitan dengan kelebihan brand fashion yang dia dirikan.

Selain mengusung fashion ramah lingkungan, Semilir Ecoprint juga sukses menyodorkan tema lokal sampai menjadi go internasional. 

Langkah yang sudah Alfira Oktaviani dengan Semilir Ecoprint sangat penting sekaligus estetika.

Semoga langkahnya memantik para entrepreneur lain untuk melakukan langkah senada.

Dengan demikian, setidaknya lingkungan tidak harus dikorbankan hanya karena selera fashion yang tidak mendukung produk-produk berbahan alami.