Venna Melinda Alami KDRT? Berikut 5 Langkah Penting Korban KDRT
- viva.co.id
Mindset –Kisah KDRT yang Venna Melinda alami dari suaminya Ferry Irawan akhir-akhir ini menghiasi media massa. Berita tersebut mengejutkan terutama karena jika tuduhan tersebut benar maka KDRT terbukti bisa menimpa bukan hanya pasangan muda.
Belajar dari kisah-kisah KDRT yang menimpa banyak pasangan selebritas, Mindset merangkum 5 langkah penting untuk diperhatikan oleh para korban KDRT.
1. Berani Speak Up
Salah satu kondisi psikologis yang umum dialami oleh para korban KDRT adalah ketakutan untuk speak up. Apalagi kalau tindakan KDRT menimpa korban yang memang secara psikis rentan mengalami tekanan.
Baca juga: 5 Pembelaan Ferry Irawan terkait Tuduhan KDRT Venna Melinda
Melakukan speak up penting karena speak up merupakan langkah awal untuk melepaskan diri dari situasi KDRT. Karena alasan yang sama, pelaku KDRT juga biasanya melakukan tindakan-tindakan pencegahan supaya korban tidak berani speak up, salah satunya dengan melakukan teror mental.
2. Mengumpulkan Bukti Hukum
Jika korban sudah berani melakukan speak up, penting juga untuk mulai mengumpulkan bukti-bukti KDRT. Bukti bisa berupa foto atau dokumen yang bisa mendukung dakwaan KDRT ketika kasus dibawa ke ranah hukum.
3. Pendampingan oleh Pihak Terpercaya
Kondisi psikologis korban KDRT biasanya sangat buruk karena pengalaman KDRT biasa menyebabkan syok berat. Oleh karena itu, pendampingan oleh orang-orang terdekat yang bisa mereka percaya sangat penting peranannya untuk memberikan rasa aman kepada korban.
Baca juga: Musim KDRT, Gunung Es Lesti Kejora versus Rizky Billar dan Venna Melinda versus Ferry Irawan
Dalam kasus Venna Melinda dan Ferry Irawan misalnya, setelah speak up dan melaporkan kasus KDRT ke ranah hukum, Venna Melinda selalu didampingi oleh kedua anaknya, Verrell Bramasta dan Athalla Naufal.
4. Pendampingan Psikologis
Salah satu alasan mengapa KDRT biasa menimbulkan efek syok berat pada korban adalah karena KDRT dilakukan oleh orang terdekat yang merupakan pihak paling mereka percayai. KDRT membuat korban tidak lagi merasakan rasa aman.
Oleh sebab itu, penting bagi korban KDRT untuk mendapatkan pendampingan psikologis. Dengan demikian, diharapkan rasa syok yang mereka alami bisa hilang dan mereka bisa kembali merasa aman di tengah orang-orang yang mereka percayai.
5. Menolak Tawaran yang Tidak Menimbulkan Efek Jera
Para pelaku KDRT biasanya menginginkan kasus KDRT diselesaikan secara kekeluargaan. Cara tersebut mungkin memberikan keuntungan pada satu sisi, misalnya terkait biaya.
Akan tetapi penyelesaian KDRT secara kekeluargaan juga memungkinkan masalah diselesaikan secara diam-diam. Dengan demikian, cara tersebut berpotensi menghilangkan efek jera pada pelaku KDRT karena tidak ada sanksi sosial yang mereka dapatkan.
Maka penting bagi korban KDRT untuk mempertimbangkan secara saksama solusi apa pun yang ditawarkan dari pihak pelaku. Sebisa mungkin pilihlah solusi yang bisa memberikan efek jera bagi pelaku KDRT sehingga diharapkan kasus KDRT tidak akan terulang.