Gerakan Satu Juta Pohon 10 Januari 2023, Mari Baca Ulang Novela Sumur Eka Kurniawan

Kover Novela Sumur karya Eka Kurniawan
Sumber :
  • Tokopedia

Mindset –Peringatan Hari Gerakan Satu Juta pohon dilakukan berdasarkan kesadaran ekologis tentang betapa besarnya peran lingkungan sekitar bagi kehidupan manusia. Hari Gerakan Satu Juta Pohon, di Indonesia, rutin diperingati sejak tahun 1993 setiap tanggal 10 Januari. Pada tahun 2023 ini tanggal 10 Januari jatuh pada hari Selasa. 

Kearifan lokal warisan leluhur kita sebenarnya sudah mengajarkan batasan mengambil sesuatu dari alam. Untuk penebangan pohon misalnya biasanya dibatasi pohon usia berapa yang boleh ditebang. Batasan semacam itu memungkinkan keseimbangan alam tetap terjaga di samping kita juga tetap merasakan manfaatnya. 

Akan tetapi gelombang industrialisasi membawa efek buruk berupa pengabaian aturan-aturan tersebut. Penebangan pohon dilakukan dengan semena-mena. Hutan mengalami deforestasi dan di bekasnya dilakukan berbagai macam pembangunan. 

Efeknya secara berangsur kita rasakan semakin lama semakin parah. Dari mulai ketahanan pangan yang makin sukar dicapai sampai udara segar yang makin sukar dirasakan. Udara semakin tercemar, bencana banjir dan longsor juga semakin sering terjadi. 

Selain hadir dalam bentuk aktivisme seperti Gerakan Satu Juta Pohon, kritik terhadap sikap manusia yang semena-mena terhadap alam juga muncul dalam bentuk fiksi. Salah satu fiksi lokal yang mengangkat tema tersebut adalah novela Sumur karya sastrawan terkenal Eka Kurniawan

Novela Sumur diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2021. Semula novela itu sendiri dipublikasikan dalam antologi bersama 36 penulis dalam bahasa Inggris. Antologi itu berjudul Tales of Two Planets: Stories of Climate Change and Inequality in a Divided World (Kisah Dua Planet: Cerita-Cerita tentang Perubahan Iklim dan Kesenjangan dalam Satu Dunia yang Terbelah). 

Memuat esai, cerpen, dan puisi 36 penulis dari berbagai negara, buku tersebut diterbitkan oleh Penguin Books pada tahun 2020. Semua karya dalam antologi tersebut memiliki tema yang sama yaitu tentang perubahan iklim dan kesenjangan sosial. 

Novela Sumur karya Eka Kurniawan juga mengangkat tema tersebut melalui potret kehidupan Toyib dan Siti. Dua karakter yang hidup di kampung itu menghadapi kelangkaan air yang merupakan dampak dari deforestasi. Deforestasi itu sendiri dikatakan dilakukan atas bujukan para cukong sebagai simbol korporasi. 

Selain kelangkaan air yang menyebabkan masyarakat hanya bisa mengandalkan satu sumur, pada musim hujan juga terjadi bencana lain yaitu banjir. Pada akhirnya situasi alam yang rusak seperti itu menyebabkan kebanyakan masyarakat memilih pergi ke kota. 

Novela Sumur memang tidak menyodorkan akhir yang bahagia. Baik Siti maupun Toyib saling mencintai tetapi masing-masing juga sudah memiliki pasangan. Di akhir cerita, pasangan masing-masing itu melakukan bunuh diri bersama di sumur. 

Maka fiksi karya Eka Kurniawan ini menunjukkan bahwa kerusakan alam akibat deforestasi bukan hanya bersifat global, tetapi juga memengaruhi kehidupan setiap individu. Jika mempertimbangkan itu, sebelum benar-benar terlambat kita bisa mulai memperbaiki sikap kita terhadap alam sekitar. Kita juga bisa ikut berperan dalam Hari Gerakan Satu Juta Pohon yang merupakan hari besar nasional tanggal 10 Januari nanti.