Shan SM Hadir di Indonesia, Pesaing Baru Bluebird, Grab, dan Gojek di Perang Taksi Online

Shan SM, Taksi Online asal Vietnam.
Sumber :
  • Shan SM

Mindset – Shan SM vs Bluebird, Grab, dan Gojek para pemain taksi onlin ini bakal beertarung merebut pasar Indonesia.  Siapa yang akan bertahan di perang taksi Indonesia? Simak ulasannya!

Industri transportasi di Indonesia kembali memanas dengan kehadiran Shan SM, perusahaan taksi asal Vietnam yang resmi beroperasi di Jakarta pada Desember 2023.

Dengan ambisi besar merebut pangsa pasar yang selama ini dikuasai oleh Bluebird, Grab, dan Gojek, Shan SM membawa strategi unik: armada 100% mobil listrik dan positioning sebagai layanan transportasi ramah lingkungan.

Namun, di tengah persaingan yang sudah jenuh, apakah Shan SM mampu bertahan atau justru mengulang kegagalan pendahulunya?

Shan SM Taksi Online Vietnam Bawa Ambisi Besar dari Vietnam 

Shan SM adalah bagian dari Green and Smart Mobility (GSM), perusahaan yang didirikan oleh Pham Nhat Vuong, pendiri VinFast—produsen kendaraan listrik terkemuka di Vietnam.

GSM hadir dengan misi membangun ekosistem mobilitas berbasis energi bersih.

Sejak diluncurkan di Hanoi pada April 2023, Shan SM dengan cepat berekspansi ke 54 dari 63 provinsi di Vietnam, bahkan merambah ke Vientiane, Laos, sebagai langkah awal ekspansi internasional.

Indonesia dipilih sebagai pasar berikutnya karena potensi ekonominya yang besar dan dukungan pemerintah terhadap adopsi kendaraan listrik.

Steve Tan, Global CEO GSM, menargetkan 1.000 unit taksi listrik beroperasi di Jakarta pada 2024. Mereka berencana penambahan hingga 10.000 unit di tahun-tahun berikutnya. Selain Jakarta, Bali juga menjadi target ekspansi Shan SM.

Kelebihan Shan SM: Armada Listrik dan Strategi Bakar Uang

Shan SM mengandalkan mobil listrik VinFast VF e34 sebagai armada utamanya. Ini menjadi keunggulan utama dibandingkan Bluebird yang masih bergantung pada armada konvensional, meski telah mulai beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Sementara itu, Grab dan Gojek masih mengandalkan armada berbahan bakar bensin dari mitra pengemudi, meski keduanya telah meluncurkan program kendaraan listrik dalam skala kecil.

Melansir channel youtube Dr. Indra Gunawan menerangkan, dari segi tarif, Shan SM menawarkan harga kompetitif. Biaya buka pintu dimulai dari Rp9.600 untuk kilometer pertama dan Rp5.800 untuk kilometer berikutnya.

Tarif ini lebih murah dibandingkan Bluebird, yang mengenakan biaya buka pintu Rp9.000 untuk armada reguler dan Rp10.000 untuk armada listrik.

Namun, Grab dan Gojek tetap unggul dalam fleksibilitas tarif dinamis, meski tarif mereka telah naik pasca-berakhirnya masa bakar uang.

Strategi bakar uang juga menjadi senjata Shan SM untuk menarik perhatian konsumen.

Promo perjalanan gratis dan tarif murah mengingatkan pada awal kemunculan Grab dan Gojek. Namun, pertanyaannya adalah apakah strategi ini bisa bertahan dalam jangka panjang.

Tantangan Besar Shan SM di Indonesia

Meski memiliki keunggulan di atas kertas, Shan SM menghadapi tantangan besar di Indonesia. Pertama, ekosistem kendaraan listrik di Indonesia masih terbatas.

Stasiun pengisian daya listrik hanya tersedia di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali.

Shan SM saat ini hanya mengandalkan tiga depot pengisian milik VinFast dan beberapa stasiun pengisian umum.

Untuk mengatasi ini, VinFast berencana membangun 100.000 stasiun pengisian daya dalam tiga tahun ke depan, dengan investasi mencapai Rp19,32 triliun.

Kedua, konsumen Indonesia sangat sensitif terhadap harga. Meski Shan SM menawarkan tarif kompetitif, Grab, Gojek, Maxim, dan inDriver telah lebih dulu menguasai segmen pasar yang mengutamakan tarif murah.

Selain itu, daya beli masyarakat yang melemah akibat inflasi membuat konsumen lebih memilih layanan yang terjangkau.

Ketiga, persaingan langsung dengan Bluebird. Bluebird memiliki basis pelanggan loyal, terutama di segmen korporat, berkat kualitas layanan yang konsisten dan pengemudi yang merupakan karyawan tetap dengan gaji stabil.

Sementara itu, Shan SM mengadopsi model kemitraan dengan sistem bagi hasil, yang berisiko menciptakan fluktuasi kualitas layanan.

Bluebird, Grab, dan Gojek: Bertahan atau Tergeser?

Bluebird, sebagai pemain lama, telah beradaptasi dengan perubahan zaman. Mereka meluncurkan aplikasi pemesanan online, membangun kemitraan dengan Gojek, dan mulai beralih ke armada ramah lingkungan.

Kualitas layanan dan stabilitas pengemudi menjadi kekuatan utama Bluebird.

Sementara itu, Grab dan Gojek terus berinovasi dengan integrasi layanan yang semakin lengkap, mulai dari transportasi hingga pembayaran digital.

Keduanya juga telah meluncurkan program kendaraan listrik, meski masih dalam skala kecil.

Masa Depan Shan SM di Indonesia

Kehadiran Shan SM membawa angin segar bagi industri transportasi Indonesia, terutama bagi konsumen yang peduli terhadap isu lingkungan.

Namun, untuk bisa bertahan, Shan SM harus lebih dari sekadar mengandalkan promo besar dan perang harga.

Membangun jaringan pengisian daya yang luas, berkolaborasi dengan pemain lokal, dan memastikan konsistensi layanan adalah kunci sukses mereka.

Jika Shan SM mampu mengatasi tantangan ini, mereka berpotensi merepotkan pemain lama. Namun, jika gagal, mereka mungkin hanya akan menjadi cerita usang dalam persaingan sengit industri taksi Indonesia. *AT