Memilih untuk Kebahagiaan

Cep Subhan KM.
Sumber :
  • Unplash.com - Mindset

Mindset – Memilih apa pun bukan sesuatu yang mudah, apalagi ketika pilihan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang sangat penting. Setiap hari kita berhadapan dengan situasi ketika kita harus memilih, dari mulai hal-hal kecil seperti memilih pakaian untuk dikenakan, memilih menu makan, sampai hal-hal yang lebih besar seperti memutuskan hal-hal terkait bisnis. 

Apa sebenarnya yang membuat manusia cenderung sukar untuk memilih? Penyebabnya mungkin karena secara psikologis manusia selalu mengharapkan happy ending, hasil akhir bahagia.

Tindakan memilih adalah tindakan yang tidak terisolasi melainkan tindakan yang bertaut dengan situasi kedepan dalam relasi sebab akibat. 

Dengan demikian, satu hal yang mempersulit kita untuk memilih adalah pertimbangan yang manakah dari pilihan kita yang akan menghasilkan kebahagiaan.

Semakin sulit kita menentukan kemungkinan hasil akhir akan semakin sulit pula kita menjatuhkan pilihan. 

Kadang kala kesulitan itu berbanding lurus dengan besar atau kecilnya objek yang harus dipilih. Kita misalnya akan lebih sulit memutuskan memilih siapa calon presiden daripada memilih kemeja mana yang akan kita kenakan hari ini.

Penyebabnya karena jika dampak dari pilihan yang kedua hanya terarah pada diri kita sendiri dan hasilnya mudah ditebak, dampak dari pilihan yang pertama juga berkaitan dengan orang-orang lain satu negara dan hasilnya juga jauh lebih sulit ditebak. 

Itulah mungkin alasan utama kenapa kemudian lahir adagium bahwa memilih pemimpin negara demokratis adalah upaya memilih yang terbaik di antara yang buruk-buruk.

Dengan kata lain, sejak awal memilih kita tidak benar-benar memiliki kepastian bahwa jika menang pilihan kita akan membawa negeri ini menjadi lebih baik.

Sebaliknya, sejak awal kita hanya berharap bahwa di antara calon-calon yang lain, pilihan kita memiliki peluang yang lebih besar untuk membawa pada situasi yang lebih baik.