Double Blooming, Metode Seduh Ajaib Darat Coffee Lab
- Unplash.com
Mindset – Kawan, selalu ada pengembangan dan inovasi dalam menyeduh kopi. Tahun 2016 lalu, dalam ajang World Brewers Cup, Tetsu Katsuya menempati juara pertama dengan metodenya 4:6. Pria berkebangsaan Jepang itu berhasil menempatkan Odd-Steiner—juara dunia tahun lalu—di posisi ke enam. Beriringan dengan hal itu, budaya ngopi eklusif di Indonesia sedang trendi berkat film Filosofi Kopi.
Banyak sekali coffee-shop baru bermunculan hingga sekarang. Salah satunya Darat Coffee Lab, yang bertempat di Sleman-Yogyakarta. Selain berperan sebagai Coffee-shop dan Roastery, mereka juga sering mengikuti ajang kejuaraan Brewers dan Barista. Pada kompetisi menyeduh di kota Yogyakarta beberapa tahun lalu, mereka berhasil menjuarainya dengan membawa metode seduh Double Blooming. Seperti halnya 4:6, metode yang dibawa Tetsu Katsuya, Double Bloomingnya Darat Coffee Lab pun sering dipakai, bahkan menjadi andalan menyeduh kopi manual oleh Barista atau Home Brewers.
Awalnya, metode itu dianggap “tabu”, baik oleh Barista, Home Brewers dan juga Pendekar Kopi. Karena secara teori, Blooming adalah penentu cita rasa dari sebuah seduhan manual. Semakin lama waktu Blooming, akan memberikan efek bitter (pahit) pada kopi yang kawan seduh. Apalagi dengan dua kali proses Blooming. Wah, akan seperti apa ya cita rasanya?
Prinsip Dasar Menyeduh Kopi
Oh, ya, kawan. Sebelumnya, tim redaksi mindset akan menjelaskan sedikit dasar penyeduhan kopi manual. Ada banyak sekali variabel dalam menyeduh kopi manual/manual brew. Terlebih dahulu, kita harus mengenal jenis kopi yang akan kawan seduh, seperti Arabika atau Robusta. Kebanyakan orang menggandrungi kopi jenis Arabika karena memiliki cita rasa yang kompleks.
Selanjutnya, kita harus tahu, kopi ini berasal dari daerah mana, ditanam pada ketinggian berapa, proses pasca panennya bagaimana, tingkat roasting light, medium atau dark. Anggaplah, kopi yang siap kita seduh sudah berada di hadapan kita. Hal selanjutnya yang harus kita perhatikan adalah metode seduh, alat seduh apa yang akan digunakan, grind size, suhu air, rasio seduh dan lain-lain.
Variabel-variabel yang sudah disebutkan diawal, sangatlah berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Kopi Arabika proses honey, dengan tingkat roasting light contohnya, karakter dari rasa yang keluar cenderung manis atau fruity. Tugas penyeduh adalah memunculkan dan memaksimalkan cita-rasa itu. Untuk memaksimalkan rasanya, tentunya kawan Mindset harus mengenal kopi itu, bukan?