Menilai Watak Orang bersama Imam Fakhruddin Ar-Razi
- Istimewa
Mindset –Imam Fakhruddin Ar-Razi adalah salah seorang ilmuwan muslim terkemuka. Dia lahir di Iran pada tahun 1149 dan meninggal di Afganistan pada tahun 1209. Karya-karyanya mencakup bidang yang sangat luas dari mulai Ilmu Tafsir, Ilmu Kalam, Astronomi, sampai Fisiognomi.
Dalam Fisiognomi, cara menilai watak berdasarkan raut wajah, karyanya yang sering dijadikan rujukan berjudul Al-Firasah. Karya ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2015. Dalam bahasa Indonesia, judul lengkap karya tersebut adalah Kitab Firasat: Ilmu Membaca Sifat dan Karakter Orang dari Bentuk Tubuhnya.
Pada kover buku disebutkan juga bahwa Imam Fakhruddin Ar-Razi adalah pelopor fisiognomi dunia. Lalu seperti apa fisiognomi dalam pandangan Imam Fakhruddin Ar-Razi? Mari mengintip hal tersebut melalui isi buku Kitab Firasat.
Imam Fakhruddin Ar-Razi membedakan firasat menjadi firasat yang tidak diperoleh melalui proses belajar melainkan berupa ilham yang datang tiba-tiba dengan firasat yang disebut firasat khalqiyyah, yakni firasat yang berdasarkan tanda-tanda yang tampak. Firasat khalqiyyah inilah yang kita kenal sebagai fisiognomi. Firasat khalqiyyah juga yang dibahas oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam bukunya tersebut.
Rambu-Rambu Fisiognomi
Isi Kitab Firasat dibagi 3. Bagian pertama menjelaskan seluk-beluk ilmu firasat dari sudut pandang Islam. Bagian kedua membahas kepribadian yang sempurna. Bagian ketiga membahas bagian-bagian tubuh manusia yang bisa menunjukkan watak seseorang. Dengan demikian, buku ini merupakan paket lengkap dari mulai penjelasan teoretis sampai dengan tuntunan praktis fisiognomi.
Bagian paling menarik dalam pembahasan pertama adalah ketika Imam Fakhruddin Ar-Razi membahas dan membandingkan 7 ilmu lain yang mirip dengan ilmu firasat. Salah 1 ilmu yang disebut misalnya palmistri, yaitu ilmu membaca garis tangan. Dari panjang pendeknya atau tebal tipisnya garis tangan kemudian orang menyimpulkan tentang panjang dan pendeknya usia, bahagia atau sengsaranya hidup, ataupun kaya dan miskinnya seseorang.
Imam Fakhruddin Ar-Razi mengatakan bahwa palmistri banyak dipraktikkan orang di Arab dan India. Selain itu, ilmu firasat semacam ini dipandang bertentangan dengan ajaran Islam. Bisa dikatakan bahwa Imam Fakhruddin Ar-Razi mencoba menunjukkan bahwa Fisiognomi adalah ilmu yang berbasis fisiologi dan anatomi. Artinya, selain bersumber dari pengalaman-pengalaman orang-orang, ilmu ini juga bersifat ilmiah karena berbasis pada hal-hal yang bisa diamati.
Pada bagian pertama, Imam Fakhruddin Ar-Razi juga menunjukkan 3 rambu ilmu firasat. Pertama, petunjuk dari ilmu fisiognomi tidak bersifat absolut. Kedua, akurasi ilmu fisiognomi sangat ditentukan oleh pengetahuan atas bentuk-bentuk yang tampak. Ketiga, jika terjadi kontradiksi antara satu petunjuk dengan petunjuk lain, maka dipilih petunjuk yang paling kuat.
Contoh-Contoh Fisiognomi
Dalam Kitab Firasat, Imam Fakhruddin Ar-Razi membagi organ-organ tubuh manusia yang bisa memberi petunjuk cara mengenali watak menjadi 17, dari mulai dahi, alis, mata, hidung, sampai punggung, lengan, dan telapak kaki.
Terkait dengan dahi, disebutkan misalnya dahi yang berkerut dan cenderung rata menunjukkan pemiliknya seorang pemarah. Dahi yang kecil menunjukkan pemiliknya orang bodoh. Sebaliknya, dahi besar menunjukkan pemiliknya pemalas sekaligus pemarah.
Selanjutnya terkait dengan mata, disebutkan misalnya mata yang bagian hitamnya terlalu hitam menunjukkan pemiliknya seorang penakut. Hal yang sama juga berlaku untuk mata yang berwarna biru atau putih.
Fisiognomi terkait bentuk hidung, misalnya disebutkan bahwa ujung hidung berbentuk lancip menunjukkan pemiliknya menyukai permusuhan, peragu, dan suka meremehkan segala hal. Sementara itu, pangkal hidung yang pesek menunjukkan pemiliknya memiliki nafsu berahi yang besar.
Contoh lainnya, wajah yang panjang menunjukkan pemiliknya orang yang tidak tahu malu. Sementara pelipis yang menonjol disertai dengan tenggorokan yang penuh menunjukkan pemiliknya seorang pemarah.
Demikian sekilas pembahasan tentang Fisiognomi dari sudut pandang ilmuwan muslim Imam Fakhruddin Ar-Razi. Masih ada banyak hal lain yang menarik yang menunjukkan bahwa Fisiognomi masih relevan sebagai cara menilai watak orang pada zaman sekarang. Selain itu, edisi bahasa Indonesia Kitab Firasat juga dilengkapi berbagai ilustrasi yang bisa membantu pemahaman.