Nabi-nabi Islam Kolektor Alat Musik Menurut Tafsir Jalalain? Ternyata Salah Penerjemah
- freepik.com
Mindset –Nabi-nabi dalam Islam adalah figur-figur sangat mulia dan maksum atau terjaga dari melakukan dosa dan kesalahan.
Dengan demikian, menisbatkan sesuatu pada karakteristik para nabi jelas mesti dilakukan dengan cermat.
Para ulama bahkan sering kali memperdebatkan poin-poin tertentu dalam tafsir Al Quran yang menyematkan sifat tertentu terhadap para nabi yang berpotensi merusak kemaksuman mereka.
Kisah-kisah semacam itu juga banyak ditemukan dalam Qasas al Anbiya atau Kisah-Kisah Para Nabi dan biasanya merupakan kisah Israiliyat.
Kisah Israiliyat artinya kisah terkait bersumber dari tradisi Yahudi dan Nasrani yang dengan satu dan lain cara masuk ke dalam tradisi Islam.
Sebagai salah satu contoh, pernahkah Sobat Mindset mendengar kisah nabi-nabi memiliki terompet atau serunai?
Kalau pernah, maka Sobat Mindset perlu membaca selengkapnya penjelasan tentang kisah semacam itu di bawah ini.
Surah Al-Baqarah ayat 248 dalam Tafsir Jalalain
Tafsir Jalalain adalah salah satu tafsir Al Quran yang sangat terkenal terutama karena penjelasannya yang ringkas.
Kitab ini merupakan tafsir Alquran paling dasar yang biasa dikaji oleh para santri di pesantren-pesantren di Indonesia.
Tafsir Jalalain dikarang oleh dua ulama bernama Jalal, yaitu Imam Jalaluddin al-Mahalli dan murid beliau Imam Jalaluddin as Suyuthi.
Saat menafsirkan ayat ke 248 Surat Al-Baqarah, Imam Jalaluddin as-Suyuthi memberi penjelasan tentang kata Tabut yang merujuk pada Tabut Nabi Musa.
Secara lengkap penjelasan tersebut berbunyi sebagai berikut:
Ash-Shunduq, kana fihi shuwarul anbiya, anzalahullahu ‘ala Adam wastamarra ilaihim.
Artinya, (Tabut adalah) Peti, yang di dalamnya terdapat gambar-gambar para nabi, Allah menurunkan peti tersebut kepada Nabi Adam dan secara turun-temurun sampai pada mereka (Bani Israil).
Sejauh ini tidak ada permasalahan dalam penjelasan tersebut, tetapi para ulama kemudian mengategorikan penjelasan tersebut sebagai bagian dari kisah Israiliyat.
Bahwa kisah Israiliyat tersebut menyimpang adalah karena Islam tidak membolehkan gambar manusia sehingga tidak terbayangkan justru terdapat gambar nabi-nabi yang diwariskan secara turun-temurun.
Penjelasan tentang Tabut sendiri memang banyak memuat kisah-kisah yang tidak masuk akal dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam.
Dengan demikian, para ulama biasanya sangat berhati-hati dalam memilih penjelasan mana yang bisa dipegang terkait Tabut.
Terjemah Indonesia Tafsir Jalalain
Mungkin karena nilai penting dan popularitas Tafsir Jalalain, maka saat ini kita sudah bisa menemukan terjemah Tafsir Jalalain dalam bahasa Indonesia.
Penerbit Sinar Baru Algensindo menerbitkan terjemahan kitab tersebut dalam dua versi, versi empat jilid dan versi dua jilid.
Terjemahan versi ini sangat sering tampak di rak di masjid-masjid di perkampungan, selain itu, kini kita juga bisa temukan versi aplikasi android terjemahan yang sama.
Penerjemahan kitab-kitab agama tentu sangat penting, karena tidak semua orang bisa membaca bahasa Arab.
Akan tetapi penerjemahan juga memiliki sisi buruk, semisal kemungkinan terjadinya kekeliruan penerjemahan.
Sisi buruk tersebut sebenarnya bisa diantisipasi jika penerjemah cermat dan didampingi editor yang juga cermat.
Sebagai contoh kekeliruan penerjemahan yang fatal, tampak dalam buku yang disebutkan di atas ketika menerjemahkan tafsir ayat 248 Surah Al Baqarah sebagai berikut:
Dalam terjemahan tersebut, diksi yang mestinya dibaca shuwarun (bentuk plural shuratun yang artinya gambar), dibaca shurun yang kemudian diterjemahkan sebagai serunai.
Merujuk pada kamus Arab Indonesia Al-Munawwir, shurun artinya jenis terompet atau klarinet.
Serunai, merujuk pada KBBI, adalah alat musik tiup jenis klarinet yang dibuat dari kayu.
Dengan demikian, kekeliruan memberi harakat atau baris pada diksi berbahasa Arab telah membuat penerjemah memberi arti yang sangat menyimpang.
Dengan mengartikan diksi tersebut sebagai serunai, maka konsekuensi yang muncul adalah para nabi mengoleksi alat musik, satu hal yang tentu sangat tidak sesuai dengan karakteristik nabi-nabi dalam Islam.
Demikian penjelasan tentang kekeliruan pemahaman tentang nabi-nabi yang didasarkan kekeliruan penerjemahan, Sobat Mindset.
Semoga kita dijauhkan dari pemahaman-pemahaman keliru tentang ajaran agama.