La Nina Gantikan El Nino, Apa Artinya bagi Cuaca Indonesia?
- Freepik
Bandung, Mindset – Sobat Mindset pastinya familiar dengan fenomena iklim El Nino. Kali ini ada fenomena iklim baru yang menggeser El Nino yakni La Nina, udah tahu belum perbedaan keduanya dan dampaknya terhadap cuaca Indonesia? Yuk simak biar paham!
Fenomena iklim global kembali mengalami perubahan. Setelah beberapa bulan dihiasi oleh El Nino, Indonesia kini harus bersiap menghadapi La Nina.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa fenomena La Nina akan segera menggantikan El Nino yang mulai netral.
Prediksi ini didukung oleh berbagai lembaga meteorologi internasional, termasuk National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan World Meteorological Organization (WMO).
Apa Perbedaan Fenomena Iklim El Nino dan La Nina?
Untuk memahami dampak perubahan ini, penting untuk mengetahui perbedaan mendasar antara El Nino dan La Nina.
Apa Itu Fenomena Iklim El Nino?
Fenomena iklim El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur.
Pemanasan ini mengakibatkan peningkatan pertumbuhan awan di wilayah tersebut dan penurunan curah hujan di Indonesia.
Dampak dari El Nino biasanya berupa musim kemarau yang lebih kering, yang dapat memicu kekeringan dan kebakaran hutan.
Namun, kondisi ini juga bisa meningkatkan produksi ikan karena kandungan klorofil-a yang lebih tinggi di laut.
Apa Itu Fenomena Iklim La Nina?
Sebaliknya, La Nina adalah fenomena pendinginan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pendinginan ini menyebabkan penurunan pertumbuhan awan di wilayah tersebut dan peningkatan curah hujan di Indonesia.
Dampak La Nina lebih terasa pada peningkatan risiko banjir, longsor, dan penyakit yang ditularkan melalui air.
Apa Dampak Fenomena Iklim El Nino dan La Nina bagi Cuaca Indonesia?
Dampak El Nino
1. Musim Kemarau Kering: Penurunan curah hujan menyebabkan kekeringan di banyak wilayah Indonesia.
2. Kebakaran Hutan: Kekeringan memicu kebakaran hutan yang merusak ekosistem.
3. Peningkatan Produksi Ikan: Menurunnya curah hujan meningkatkan kandungan klorofil-a di laut, yang menjadi makanan bagi ikan.
4. Penyakit Kulit: Paparan sinar matahari yang lebih intens dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Dampak La Nina di Indonesia
1. Banjir: Curah hujan yang tinggi berpotensi menyebabkan banjir di wilayah dengan sistem drainase yang buruk.
2. Longsor: Hujan lebat meningkatkan risiko tanah longsor, terutama di daerah lereng yang tidak stabil.
3. Banjir Bandang: Peningkatan volume air secara tiba-tiba dapat menyebabkan banjir besar yang menghancurkan.
4. Penyakit Menular: Penyakit seperti diare, demam tipus, kolera, disentri, leptospirosis, dan hepatitis A lebih mudah menyebar melalui air.
Apa yang Harus Dipersiapkan Menghadapi La Nina?
BMKG memprediksi bahwa La Nina akan berlangsung dalam kategori lemah setelah kuartal III/2024.
Dengan peluang terjadinya La Nina sebesar 70% pada periode Agustus-Oktober 2024, masyarakat dan pemerintah perlu bersiap menghadapi kemungkinan peningkatan curah hujan dan dampak terkait lainnya.
Penguatan infrastruktur drainase, peningkatan kesadaran akan bahaya banjir dan longsor, serta langkah-langkah mitigasi bencana lainnya sangat penting untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh La Nina. *(Ar/at)