6 Puisi Tahun Baru karya Penyair Indonesia termasuk W.S. Rendra, Remy Sylado, dan Jokpin
- Unsplash @leekos
Mindset –Tahun baru 2023 tinggal menghitung hari. Saat ini kamu mungkin sedang menikmati hari-hari libur akhir tahun. Cuaca yang masih belum mendukung untuk bepergian mungkin membuat kamu memilih berdiam di rumah. Sambil menikmati segelas teh hangat di beranda, kamu bisa membaca puisi-puisi tahun baru.
Tahun baru adalah momen yang menjadi inspirasi bagi sebagian penyair Indonesia. Momen tahun baru memang kaya dengan peluang dan potensi kontemplasi. Kita bisa merenungkan masa 12 bulan ke belakang. Kita juga bisa merumuskan apa yang kita kejar dalam 12 bulan kedepan.
Berikut ini 6 puisi tahun baru dari 6 penyair Indonesia yang Mindset pilihkan untuk kamu baca sambil menikmati masa-masa santai. Siapa tahu dari puisi-puisi itu kamu bisa merumuskan resolusi 2023 yang pas.
1. Joko Pinurbo (Jokpin)
Selamat Menunaikan Ibadah Puisi Jokpin
- Goodreads
Trompet Tahun Baru
Aku dan Ibu pergi
jalan-jalan ke pusat kota
untuk meramaikan malam tahun baru.
Ayah pilih menyepi di rumah saja
sebab beliau harus menemani kalender
pada saat-saat terakhirnya.
Ha, aku menemukan
sebuah trompet ungu
tergeletak di pinggir jalan.
Aku segera memungutnya
dan membersihkannya
dengan ujung bajuku.
kutiup berkali-kali, tidak juga berbunyi.
“Mengapa trompet ini bisu, Ibu?”
“Mungkin karena terbuat
dari kertas kalender, anakku.”
(2006)
2. KH Mustofa Bisri (Gus Mus)
Antologi puisi Tadarus Gus Mus
- Goodreads
Selamat Tahun Baru Kawan
Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saat kita menunduk
Memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan
Sebelum kita dihisabNya
Kawan, Siapakah kita ini sebenarnya?
Musliminkah
Mukminin
Muttaqin
Khalifah Allah
Umat Muhammadkah kita?
Khoira Ummatinkah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi.
Hanya budak-budak perut dan kelamin
Iman kita kepada Allah dan yang ghaib
Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapa pun tersiksa
Kita khusyuk di depan massa
Dan tiba tiba buas dan binal
Justru di saat sendiri bersamaNya
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug
Atau pernyataan setia pegawai rendahan saja
Kosong tak berdaya
Shalat kita rasanya lebih buruk daripada senam ibu-ibu
Lebih cepat daripada menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda
(Doa kita sesudahnya jauh lebih serius
Kita memohon hidup enak didunia
Dan bahagia di sorga)
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal
Makan minum dan saat istirahat
Tanpa menggeser acara buat syahwat
Ketika datang rasa lapar atau haus
Kita pun manggut manggut:
O, beginikah rasanya...
Dan kita sudah merasa
Memikirkan saudara saudara kita yang melarat
Zakat kita jauh lebih berat terasa
Dibanding tukang becak melepas penghasilannya
Untuk kupon undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran
Hubaya-hubaya Tuhan menggantinya lipat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pengalaman spiritual dan material
Membuang uang kecil dan dosa besar
Lalu pulang membawa label suci
Asli made in saudi: Haji
Kawan, lalu bagaimana bilamana dan berapa lama
Kita bersamaNya?
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas
Mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahNya
Kawan, Tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah
Mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan
Demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemunkaran demi kedamaian
Pendek kata, demi semua yang baik
Halallah semua sampai pun yang paling tidak baik.
Lalu bagaimanakah para cendekiawan dan seniman?
Para mubaligh dan kiai
Penyambung lidah nabi?
Jangan ganggu mereka!
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubalig sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kiai sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka di atas sana
Menikmati dan meratapi
Nasib dan persoalan mereka sendiri
Kawan, Selamat Tahun baru
Belum juga tibakah saatnya
Kita menunduk
Memandang diri sendiri.
[1409/1989]
3. Remy Sylado
Antologi puisi Kerygma & Martyria Remy Sylado
- Goodreads
Rumus Kristiani
setiap
hari natal
kristen
jadi gatal
bicara
tahun baru
bicara
baju baru
mencari
roh kudus
ketemu
roh kudis
pabila
tidak susah
gereja
tidak usah
setelah
datang kesusahan
barulah
senang ingat Tuhan.
4. Abdul Wachid B.S.
Di Tahun Baru
malam ini aku akan tidur
setelah isyak mendesak
seperti tahun lalu sudah
tidak kurasakan udara lain di tahun baru
tidak akan ada yang baru lagi
di dalam harihari di dalam hati
tanpa direncanakan pun matahari
selalu terbit dari arah yang sama
dan tenggelam ke arah yang sama
seperti tahun lalu sudah
hanya hujan putih mewarnai malam
lalu beberapa saat terang akan
ada kelahiran bagi hati yang disalibkan
ada kemudahan bagi para pendoa
dan mereka yang bercinta di jalan raya
menjadi panorama yang itu itu juga
akan ada dentuman bungabunga api
akan ada teriakan histeria
tetapi semua dan segala itu tidak
akan mengubah posisi tidurku
hanya matahari pagi yang mungkin
ada memberi kehangatan
mengubah tubuhku dari tidur kepada
tengadah tangan hingga
kamu di jarak yang jauh itu
menggeserkan posisi pijarmu
persis seperti matahari yang bergerak
akan mengarungi langit dan hatiku
kamu hadir penuhi ruang dan waktu
seperti tahun lalu sudah
tanpa pesta tahun baru pun hujan desember
akan sembunyikan rembulan ke kantong malam
tetapi kamu menjadi matahariku
tetapi kamu menjadi rembulanku
kamu menjadi kamar tidurku
kamu menjadi bantal gulingku
seperti tahun lalu sudah
sekalipun aku tidak menyukai perubahan
seperti kamu tidak menyukai perubahan
kau aku dalam kesalingan cinta
tidak kurasakan udara lain di tahun baru
tanpa direncanakan pun matahari
selalu terbit dari arah yang sama
dan tenggelam ke arah yang sama
seperti tahun lalu sudah
hanya hujan putih mewarnai malam
yogyakarta, 31 desember 2015
1 januari 2016
5. W.S. Rendra
Antologi puisi Orang Orang Rangkasbitung WS Rendra
- Istimewa
Sajak Tahun Baru 1990
Setelah para cukong berkomplot dengan para tiran,
setelah hak asasi di negara miskin ditekan
demi kejayaan negara maju,
bagaimanakah wajah kemanusiaan?
Di jalan orang dibius keajaiban iklan.
Di rumah ia tegang, marah dan berdusta.
Impian mengganti perencanaan.
Penataran mengganti penyadaran.
Kota metropolitan di dunia ketiga adalah nadi
dari jantung negara maju.
Nadi yang akan mengidap kanker
yang akan membunuh daya hidup desa-desa,
dan akhirnya, tanpa bisa dikuasai lagi,
menjadi jahat, hina dan berbahaya.
Itulah penumpukan yang tanpa peredaran.
Tanpa hak asasi tak ada kepastian kehidupan.
Orang hanya bisa digerakkan
tapi kehilangan daya geraknya sendiri.
Ia hanyalah babi ternak
yang asing terhadap hidupnya sendiri.
Rakyat menjadi bodoh tanpa opini.
Di sekolah murid diajar menghafal
berdengung seperti lebah
lalu akhirnya menjadi sarjana menganggur.
Di rumah ibadah orang nyerocos menghafal
dan di kampung menjadi pembenci
yang tangkas membunuh dan membakar.
Para birokrat sakit tekanan darah
sibuk menghafal dan menjadi radio.
Kenapa pembangunan tidak berarti kemajuan?
Kenapa kekayaan satu negara
membuahkan kemiskinan negara tetangganya?
Peradaban penumpukan tak bisa dipertahankan.
Lihatlah: kemacetan, polusi dan erosi!
Apa artinya tumpukan kekuasaan
bila hidupmu penuh curiga
dan takut diburu dendam?
Apa artinya tumpukan kekayaan
bila bau busuk kemiskinan
menerobos jendela kamar tidurmu?
Isolasi hanya menghasilkan kesendirian
tanpa keheningan.
Luka orang lain adalah lukamu juga.
Sedangkan peradaban peredaran tak bisa dibina
tanpa berlakunya hak asasi.
Apa artinya kekayaan alam
tanpa keunggulan daya manusia?
Bagaimana bisa digalang daya manusia
tanpa dibangkitkan kesadarannya
akan kedaulatan pribadi
terhadap alam
dan terhadap sesamanya?
Wajah-wajah yang capek
membayang di air selokan
dan juga di cangkir kopi para cukong.
Bau kumuh dari mimpi yang kumal
menyebar di lorong-lorong pelacuran
dan juga di bursa saham.
Sungguh
Apa faedahnya kamu jaya di dalam kehidupan
bila pada akhirnya kamu takut mati
karena batinmu telah lama kamu hina?
Depok, 27 Desember 1989
6. Aslan Abidin
Antologi puisi Orkestra Pemakaman karya Aslan Abidin
- Istimewa
Pertemuan Tahun
entah mengapa pertemuan
desember dengan januari selalu meledakkan
rinduku kepadamu
seperti ombak yang menumbuk batu karang:
gemuruhnya aku catat di dada, jadi petir yang
menggapai-gapai geraian rambutmu, jadi
jerit laut yang mereka-reka jumlah hujan di
negerimu.
pernah aku
kirim kabar padamu,
lewat warna-warni pelangi,
entah sampai entah tidak: tentang akuarium di
ruang tamu kita yang dulu sering kau
ganti airnya itu.
bukankah aku
tuliskan juga bahwa ada ikan kita yang mati?
tak aku harap kau
kirim arwana atau piranha. sebuah kartu
pos bergambar seekor ikan kecil dari lubuk hatimu
telah cukup. dan aku kirimi kau terompet tahun baru
yang aku buat dari kerongkongan dan nafasku.
“pertemuan itu hanya taburkan rindu di
sepanjang losari!”
entah mengapa di setiap pertemuan
desember dengan januari, selalu aku bayangkan
hujan mengukir namamu di
sepanjang trotoar yang aku lalui.
makassar 1995-1996
Demikian 6 puisi tahun baru dari 6 penyair Indonesia pilihan Mindset. Semoga dengan membacanya kamu bisa menjalani tahun baru 2023 dengan lebih menyenangkan. Semoga juga puisi-puisi tersebut memberimu inspirasi untuk menjalani 12 bulan kedepan.