Sebab Gempa Bumi Menurut Legenda Klasik Islam, Konon Gara-Gara Iblis

Ilustrasi Bumi, Bulan, dan Matahari.
Sumber :
  • Pixabay / PolarityFlow

MindsetGempa bumi merupakan bencana alam yang umum terjadi di berbagai belahan bumi, termasuk Indonesia. 

5 Hal yang Perlu Kamu Ketahui tentang Jin Qarin dan Fenomena Kerasukan

Salah satu gempa terkini yang terjadi adalah gempa Garut yang menyebabkan kerugian materiil lumayan. 

Pengetahuan modern sudah menemukan sebab gempa bumi dan juga bisa menjelaskan bagaimana terjadinya proses gempa bumi. 

Sinopsis Anime Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - Perjuangan Kamado Tanjirou Memburu Para Iblis

Akan tetapi pada zaman dulu, ketika pengetahuan dan teknologi belum secanggih sekarang, orang-orang sudah berusaha menjelaskan fenomena tersebut. 

Penjelasan klasik tentang gempa bumi tentu berbeda dengan penjelasan pengetahuan modern dan lebih mirip dongeng.

Sedang Viral, Makam Nabi Yusuf di Tengah-Tengah Sungai Nil?

Gambaran Malaikat Israfil dalam Manuskrip Kuno

Photo :
  • Wikipedia

Meski demikian, bukan berarti penjelasan tersebut tidak ada gunanya bagi kita saat ini. 

Setidaknya, mengetahui penjelasan klasik tentang gempa bumi bisa membuat kita termotivasi untuk memiliki keinginan tinggi untuk belajar.

Orang-orang zaman dulu sudah menunjukkan bahwa dengan segala keterbatasannya, mereka tetap melakukan upaya-upaya untuk menjelaskan berbagai fenomena sekitar. 

Lalu bagaimana penjelasan klasik Islam tentang gempa bumi, Sobat Mindset?

Struktur Bumi dan Legenda Bahamut

Kitab Ajaibul Makhluqat dan Ilustrasi Bahamut

Photo :
  • Tangkapan Layar

Dalam kitab-kitab klasik, kisah gempa bumi dihubungkan dengan struktur bumi dalam kosmologi Islam. 

Salah satu rujukan yang biasa digunakan terkait kisah tersebut adalah kitab karangan Zakariya Qazwini, Ajaibul Makhluqat wa Gharaibul Maujudat.

Kitab tersebut dirujuk oleh berbagai kitab sesudahnya yang memuat kisah penciptaan bumi, termasuk kitab yang sering dikaji di pesantren di Indonesia, yaitu Badaiuz Zuhur

Menurut kisah tersebut, bumi ditopang oleh malaikat, akan tetapi karena malaikat tersebut tidak memiliki pijakan, maka Allah menurunkan seekor banteng dari surga untuk tempat berpijak.

Ilustrasi Surga

Photo :
  • Pexels | @jplenio

Nama banteng tersebut adalah Nun, digambarkan memiliki 40.000 tanduk dan 40.000 penyangga. 

Malaikat kemudian berpijak pada banteng tersebut sehingga bisa berdiri seimbang menyangga bumi.

Akan tetapi masalah baru muncul, karena kini giliran banteng tersebut yang tidak memiliki tempat berpijak. 

Allah kemudian memberikan pijakan berupa yakut hijau dari surga yang sudah dikeraskan selama 500 tahun. 

Yakut hijau tersebut ditempatkan di atas batu yang disebutkan setebal langit dan bumi. 

Supaya batu tersebut diam menetap, maka Allah menurunkan seekor ikan dari langit ketujuh dan ikan tersebut bernama Bahamut atau Balhut. 

Batu tersebut diletakkan di atas pundak ikan, adapun ikan itu sendiri diam tak bergerak di atas air. 

Gempa Bumi dan Gangguan Iblis

Ilustrasi Setan atau Iblis

Photo :
  • Pixabay / Waldkunst

Lalu bagaimana kemudian proses gempa bumi bisa terjadi, Sobat Mindset? 

Nah, ternyata dalam legenda tersebut, gempa bumi melibatkan gangguan iblis yang selalu ingin membuat dunia kacau.

Dikisahkan bahwa iblis mengganggu ikan Bahamut dengan memujinya sehingga tubuh ikan tersebut terguncang-guncang.

Setelah Allah membuat ikan tersebut tenang kembali, iblis ganti mengganggu banteng sehingga gantian tubuh banteng tersebut terguncang-guncang. 

Allah kemudian membuat banteng tersebut kembali tenang sehingga gangguan iblis sama sekali tidak berhasil. 

Guncangan-guncangan akibat ikan dan banteng penyangga bumi yang diganggu iblis itulah yang dipercaya menyebabkan gempa bumi, Sobat Mindset. 

Peta Kosmografi Zakariya al-Qazwini

Photo :
  • Tangkapan Layar

Sebagian ulama memang menyebutkan bahwa legenda tersebut bukan bersumber dari Islam, melainkan termasuk kisah Israiliyat.

Kisah Israiliyat artinya kisah yang bersumber dari tradisi Yahudi atau Nasrani dan masuk ke dalam ajaran Islam, biasanya melalui para mufasir. 

Dengan demikian, kisah tersebut cukup hanya diketahui saja sebagai semacam dongeng penjelas sebelum teknologi maju seperti zaman sekarang.