Isra Mikraj dalam Puisi Indonesia, Puitis dan Religius

Ilustrasi Isra Mikraj 1445 H
Sumber :
  • freepik.com

MindsetIsra Mikraj merupakan salah satu momen dahsyat dalam perjalanan kenabian Nabi Muhammad saw

Hidup Sampai Hari Kiamat, Cara Iblis Mati Sangat Mengerikan

Peristiwa Isra Mikraj juga menjadi momen umat Islam mulai mendapatkan perintah untuk melaksanakan salat lima waktu sehari semalam. 

Selain itu, hikmah Isra Mikraj juga untuk menguji keimanan umat Islam. Umat yang masih lemah imannya akan sukar mempercayai peristiwa ajaib Isra Mikraj. 

4 Fase Tempat Tinggal Jiwa, dari Mulai Rahim Ibu Sampai Surga

Karena momen Isra Mikraj merupakan momen yang dahsyat, tidak mengherankan jika peristiwa tersebut juga menjadi sumber inspirasi penyair Indonesia.

Salah satu penyair Indonesia yang menulis puisi Isra Mikraj adalah Bahrum Rangkuti. 

Puisi Isra Mikraj Bahrum Rangkuti

Ternyata Setiap Manusia Mengalami 2 Kali Kematian, Apa Saja?

Ilustrasi Puisi

Photo :
  • freepik.com

Puisi Isra Mikraj yang Bahrum Rangkuti tulis berjudul “Mi’raj” dan dimuat dalam antologi Gema Tanah Air yang disusun oleh HB Jassin.

Puisi tersebut lumayan panjang, tersusun dari 29 bait. Bait pembukanya adalah sebagai berikut:

Malam kelam
lena dalam sunyi
hati meleleh hitam
rapat kening di atas bumi

Puisi tersebut merupakan puisi liris dengan Nabi Muhammad saw sebagai aku lirik. Maka dalam bait selanjutnya disebutkan

Atap bilikku membuka
terus pandang ke langit cuaca
bintang gemetar bimbang
memanggil daku mengalam lapang.

 

Ilustrasi Perjalanan Malam Isra Miraj

Photo :
  • Unsplash @shotbycerqueira

 

Uniknya, meski mengisahkan pengalaman Nabi Muhammad saw, tetapi ada citraan-citraan lokal yang masuk dalam puisi.

Misalnya disebutkan citraan “sungai Citarum” ketika mengisahkan “sepoi bayu pagi” seiring terbukanya “pintu gerbang alam Rohani”.

Memang puisi Isra Mikraj Bahrum Rangkuti bernafaskan sufisme islam atau tasawuf

Dalam puisinya juga dikisahkan pemandangan neraka dan siksaan di dalamnya terhadap manusia-manusia durhaka. 

Sebaliknya, ditampilkan juga gambaran “taman swarga” dengan segala keindahannya, baik dari segi visual maupun dengaran. 

Karena mengangkat tema sufisme maka tidak mengherankan jika muncul juga istilah seperti insan kamil ataupun “fana dalam Ilahi”. 

Puisi Isra Mikraj tersebut kemudian ditutup dengan puitis berupa kepulangan dari Mikraj. 

Disebutkan di akhir puisi bahwa Mikraj tersebut merupakan “tamasya Rohani”. Kepulangan dari mikraj diantar oleh “Kemilau Bintang Utari” di lengkung langit.

Ilustrasi. Isra Mikraj terjadi di malam hari.

Photo :
  • Unsplash @nathananderson

Demikian gambaran puisi Bahrum Rangkuti berjudul “Mi’raj”, Sobat Mindset, sangat bagus untuk dijadikan bahan refleksi menjelang peringatan Isra Mikraj 1445 H.