Isra Mikraj dalam Puisi Indonesia, Puitis dan Religius
- freepik.com
Mindset –Isra Mikraj merupakan salah satu momen dahsyat dalam perjalanan kenabian Nabi Muhammad saw.
Peristiwa Isra Mikraj juga menjadi momen umat Islam mulai mendapatkan perintah untuk melaksanakan salat lima waktu sehari semalam.
Selain itu, hikmah Isra Mikraj juga untuk menguji keimanan umat Islam. Umat yang masih lemah imannya akan sukar mempercayai peristiwa ajaib Isra Mikraj.
Karena momen Isra Mikraj merupakan momen yang dahsyat, tidak mengherankan jika peristiwa tersebut juga menjadi sumber inspirasi penyair Indonesia.
Salah satu penyair Indonesia yang menulis puisi Isra Mikraj adalah Bahrum Rangkuti.
Puisi Isra Mikraj Bahrum Rangkuti
Ilustrasi Puisi
- freepik.com
Puisi Isra Mikraj yang Bahrum Rangkuti tulis berjudul “Mi’raj” dan dimuat dalam antologi Gema Tanah Air yang disusun oleh HB Jassin.
Puisi tersebut lumayan panjang, tersusun dari 29 bait. Bait pembukanya adalah sebagai berikut:
Malam kelam
lena dalam sunyi
hati meleleh hitam
rapat kening di atas bumi
Puisi tersebut merupakan puisi liris dengan Nabi Muhammad saw sebagai aku lirik. Maka dalam bait selanjutnya disebutkan
Atap bilikku membuka
terus pandang ke langit cuaca
bintang gemetar bimbang
memanggil daku mengalam lapang.
Ilustrasi Perjalanan Malam Isra Miraj
- Unsplash @shotbycerqueira
Uniknya, meski mengisahkan pengalaman Nabi Muhammad saw, tetapi ada citraan-citraan lokal yang masuk dalam puisi.
Misalnya disebutkan citraan “sungai Citarum” ketika mengisahkan “sepoi bayu pagi” seiring terbukanya “pintu gerbang alam Rohani”.
Memang puisi Isra Mikraj Bahrum Rangkuti bernafaskan sufisme islam atau tasawuf.
Dalam puisinya juga dikisahkan pemandangan neraka dan siksaan di dalamnya terhadap manusia-manusia durhaka.
Sebaliknya, ditampilkan juga gambaran “taman swarga” dengan segala keindahannya, baik dari segi visual maupun dengaran.
Karena mengangkat tema sufisme maka tidak mengherankan jika muncul juga istilah seperti insan kamil ataupun “fana dalam Ilahi”.
Puisi Isra Mikraj tersebut kemudian ditutup dengan puitis berupa kepulangan dari Mikraj.
Disebutkan di akhir puisi bahwa Mikraj tersebut merupakan “tamasya Rohani”. Kepulangan dari mikraj diantar oleh “Kemilau Bintang Utari” di lengkung langit.
Ilustrasi. Isra Mikraj terjadi di malam hari.
- Unsplash @nathananderson
Demikian gambaran puisi Bahrum Rangkuti berjudul “Mi’raj”, Sobat Mindset, sangat bagus untuk dijadikan bahan refleksi menjelang peringatan Isra Mikraj 1445 H.