Isra Mikraj dalam Puisi Indonesia, Puitis dan Religius
- freepik.com
Misalnya disebutkan citraan “sungai Citarum” ketika mengisahkan “sepoi bayu pagi” seiring terbukanya “pintu gerbang alam Rohani”.
Memang puisi Isra Mikraj Bahrum Rangkuti bernafaskan sufisme islam atau tasawuf.
Dalam puisinya juga dikisahkan pemandangan neraka dan siksaan di dalamnya terhadap manusia-manusia durhaka.
Sebaliknya, ditampilkan juga gambaran “taman swarga” dengan segala keindahannya, baik dari segi visual maupun dengaran.
Karena mengangkat tema sufisme maka tidak mengherankan jika muncul juga istilah seperti insan kamil ataupun “fana dalam Ilahi”.
Puisi Isra Mikraj tersebut kemudian ditutup dengan puitis berupa kepulangan dari Mikraj.
Disebutkan di akhir puisi bahwa Mikraj tersebut merupakan “tamasya Rohani”. Kepulangan dari mikraj diantar oleh “Kemilau Bintang Utari” di lengkung langit.