Kenapa Honda BR-V Kurang Diminati? Ini 7 Alasan yang Jarang Dibahas!
- Honda
Mindset – Honda BR-V sering kalah pamor di segmen LSUV meski datang dari merek sekuat Honda. Simak 7 alasan mengejutkan kenapa BR-V kurang diminati konsumen Indonesia.
Honda merupakan merek yang sudah lama dikenal dengan reputasi kuat di Indonesia. Konsumen mempercayainya karena desain menarik, harga jual kembali yang stabil, serta jaringan aftersales yang tersebar luas.
Namun, di balik kesuksesan tersebut, ada satu model yang seolah tak pernah benar-benar bersinar: Honda BR-V.
Padahal, sejak diluncurkan pada 2016 dan dikembangkan oleh Honda R&D Asia Pacific Co., Ltd. di Thailand, BR-V dirancang khusus untuk pasar Asia Tenggara. Namun, mengapa LSUV ini justru gagal mendominasi pasar yang notabene sangat potensial?
7 Alasan Honda BR-V Kurang Diminati
Mobil SUV Honda BR-V Prestige 2022.
- Ist
Berikut ini 7 alasan kenapa Honda BR-V kurang diminati di Indonesia, yang jarang dibahas media otomotif arus utama:
1. Desain yang Kurang Ikonik dan “Terlalu Mirip Mobilio”
Generasi pertama BR-V langsung mendapat kritik karena tampilannya sangat mirip dengan Honda Mobilio. Konsumen pun merasa seperti membayar lebih untuk Mobilio yang “disuntik steroid”.
Dalam dunia otomotif, kemiripan antar model tanpa diferensiasi yang kuat bisa jadi blunder, karena mengaburkan identitas produk.
2. Harga yang Terlalu Optimis
Harga peluncuran BR-V saat itu mencapai Rp261,5 juta untuk tipe tertinggi, berselisih cukup jauh dari Mobilio.
Konsumen langsung membandingkan: dengan tampilan mirip dan spesifikasi yang tak jauh berbeda, kenapa harus membayar lebih? Value for money-nya terasa janggal.
3. Fitur Tak Seimbang dengan Harga
Meskipun BR-V sudah memiliki fitur seperti Vehicle Stability Assist (VSA) dan Hill Start Assist (HSA), fitur ini hanya tersedia di varian tertinggi.
Sementara itu, kompetitor seperti Xpander Cross atau Suzuki XL7 sudah menawarkan fitur serupa di varian menengah. Bahkan untuk hal dasar seperti fog lamp, BR-V pelit di varian bawah.
4. Kualitas Material dan Perakitan Kurang Memuaskan
Beberapa reviewer mengeluhkan panel bodi dan kaca yang renggang, serta penggunaan material interior plastik keras di seluruh kabin. Untuk mobil dengan banderol di atas Rp250 juta, kualitas ini dinilai terlalu kompromistis.
5. Mesin Lama, Performa Biasa
Mesin L15Z1 memang dikenal irit dan tangguh, tapi tenaga 120 PS dan torsi 145 Nm dianggap "cukup" saja.
Tak ada keunggulan performa yang menonjol dibanding kompetitor, bahkan hingga generasi kedua. Honda seperti bermain aman, tanpa memberikan kejutan baru.
6. Harga Jual Kembali Tak Stabil
Honda terkenal dengan resale value yang baik. Tapi untuk BR-V, hal ini tak berlaku sepenuhnya.
Pasar mobil bekas memperlihatkan depresiasi yang lebih tinggi dibandingkan model Honda lainnya. Konsumen Indonesia yang cermat jelas melihat ini sebagai red flag.
7. Suku Cadang dan Aftermarket yang Mahal
Salah satu keluhan besar pengguna adalah harga sparepart BR-V yang tinggi, termasuk untuk komponen aftermarket. Dibandingkan dengan kompetitor seperti XL7 atau Xpander Cross yang memiliki ketersediaan suku cadang lebih baik dan murah, BR-V terasa tidak ekonomis untuk dimiliki dalam jangka panjang.
Honda BR-V Mobil Bagus, Tapi Bukan yang Terbaik
Eksterior Honda BR-V.
- Honda
Bukan berarti Honda BR-V adalah produk yang buruk. Mobil ini punya keunggulan seperti kabin luas, efisiensi bahan bakar yang baik, dan desain yang semakin modern di generasi kedua.
Namun di tengah ketatnya persaingan LSUV di Indonesia, "cukup baik" saja tidaklah cukup.
Konsumen kini jauh lebih kritis. Mereka mencari nilai lebih, bukan hanya nama besar. Sayangnya, BR-V belum mampu menjawab kebutuhan itu secara menyeluruh.
Apakah Honda BR-V akan bangkit di generasi berikutnya? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang jelas, untuk bisa bersaing, Honda harus memberikan alasan yang lebih kuat dari sekadar branding. *AT
Kalau kamu sendiri, apa pendapatmu soal Honda BR-V? Worth it atau lebih baik pilih model lain?
Kalau kamu mau artikel ini juga dibuat dalam versi short form untuk media sosial atau punya request sudut pandang lain (misal dari sisi marketing atau konsumen), tinggal bilang aja ya!